Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nak, Menangislah demi Matamu!

9 April 2019   07:57 Diperbarui: 9 April 2019   08:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangisan si kecil terkadang diperlukan demi kebaikannya sendiri (Ilustrasi gambar : malesbanget.com)

Ada rasa iba dan tidak tega memang ketika sang buah hati yang begitu dirindukan tatapan wajahnya justru menangis. Namun ada hal lain yang perlu lebih dipertimbangkan daripada sekadar tangisan. Barangkali sebuah tangisan pun menjadi sesuatu yang berharga untuk dikenang selama menjalani hari-hari terpisah dari si kecil.

Sudah banyak kasus anak kecil yang harus mengorbankan penglihatannya akibat terlalu sering memainkan smartphone. Sudah banyak balita yang begitu terbiasa hidup dengan layar smartphone di dekapannya. 

Terkadang orang tua justru "menjejalkan" smartphone pada genggaman anak agar ia tidak berlarian kemana-mana dan agar sang orang tua bisa tetap menjalankan "kesibukannya" juga memainkan handphone. 

Urusan pekerjaan, berselancar di dunia maya, update status, atau menonton video viral mungkin merupakan hal-hal yang seringkali dilakukan oleh para orang tua disela-sela waktu senggangnya. 

Hanya saja beberapa orang tua seringkali lupa dan kebablasan menikmati kesibukannya itu hingga tidak mau diganggu oleh siapapun. Si kecil yang dilarang rewel, jangan banyak tingkah, jangan lari-larian. 

Keengganan untuk mengawasi setiap langkah si kecil berujung pada diambilnya langkah praktis dalam menenangkan mereka. Memberikan smartphone berikut tontonannya. Cukup. Masalah selesai. Browsing kembali bisa dilakukan.


Beberapa bulan kemudian ternyata sang anak mengalami gangguan pada matanya. Ketika dibawa ke dokter spesialis mata, sebuah vonis dijatuhkan. Sang anak diharuskan memakai kacamata. Beberapa orang tua masih menganggap anak kecil berkacamata adalah wajar. 

Sebagian lagi beranggapan dengan berkcamata juga terlihat lebih pintar. Benarkah? Mungkin sebagian anak kecil dengan kondisi tertentu memerlukan kacamata sebagai alat bantunya dalam belajar. 

Akan tetapi jikalau kondisi terjadi akibat kita sebagai orang tua yang tidak mengatur perilaku anak dalam memainkan smartphone, maka bisa dikatakan kitalah yang merenggut penglihatan normal mereka. 

Tidakkah kita kasihan melihat mereka nanti harus tertinggal dari teman-temannya yang tengah asyik berlarian penuh canda tawa sedangkan anak kita sendiri harus dengan risih berlari memegangi kecamatanya? 

Sebagai orang tua kita harus bijak dalam memberikan kesempatan anak kita bermain smartphone. Memainkannya boleh, tetapi harus dibatasi dan diatur waktu penggunaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun