Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

11 Tips untuk Orangtua Selama Anak Belajar di Rumah

23 Agustus 2020   10:54 Diperbarui: 23 Agustus 2020   10:47 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiat-kiat ini hanya bersifat umum. Mesti disesuaikan dengan keadaan siswa, kesiapan setiap keluarga, dan perbedaan kemampuan lain dari setiap anak yang berbeda. Mungkin ada Anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK), ada pula anak yang selalu siap dan cepat mengerti, namun ada pula anak kesulitan dalam belajar.  

Tidak ada yang langsung sempurna saat memulai sesuatu. Tetapi berjalan waktu segala kekurangan yang ditemui bisa dibuat menjadi semakin baik. Dari ketidaksempurnaan orang tua dan anak dapat sama-sama belajar banyak hal. Apapun kendala-nya, yang penting orang tua telah berniat berbuat yang terbaik untuk pendidikan anaknya.

1). Berikan anak kebebasan membentuk gaya belajar sendiri. 

Setiap siswa adalah unik. Unik dalam rentang perhatian, kepandaian, kepiawaian, menghadapi gangguan, dan sebagainya. Dibandingkan dengan pembelajaran berbasis kelas, pembelajaran berbasis rumah memungkinkan anak peluang lebih besar membentuk gaya belajarnya  sendiri. 

Tentu hal ini positif bagi anak, karena anak di rumah dapat menyesuaikan gaya belajarnya sendiri tanpa harus disamaratakan dengan teman sekelasnya. Sebagai contoh, anak yang suka belajar sambil mendegarkan musik, ketika belajar di kelas mungkin hal ini tidak bisa dilakukannya karena ada anak lain yang terganggu mendengar musik saat belajar. 

Berada di rumah juga memberikan fleksibilitas waktu untuk mengekspresikan motivasi belajar anak sesuai yang diinginkannya. Misalnya dalam memilih sumber belajar yang bukan hanya buku. Untuk itu, orang tua perlu mendorong anak memilih alternatif sumber belajar kreatif lainnya. Anak yang mempunyai gaya belajar audio visual dapat mengunjungi situs pembelajaran online, seperti Khan Academy (yang gratis) atau orang tua bisa mencarikan sesuai materi di youtube. 

Selain itu, orang tua juga dapat menyarankan anak kursus online. Biaya les online berbasis video jauh lebih murah daripada les tatap muka. Dengan demikian, orang tua tetap dapat fokus pada pekerjaan dan siswa mendapat hal yang dibutuhkannya.

2). Mau bertanya dan meminta bantuan kepada yang sudah paham

Sebagai pendidik pertama di rumah, orang tua jangan takut untuk meminta bantuan kepada siapapun yang sudah memahami sesuatu hal lebih dahulu. Baik itu tentang materi maupun tentang penggunan perangkat dan aplikasi yang digunakan dalam belajar online.  

Bukan orang tua saja yang frustrasi saat Pandemi COVID-19 ini. Para guru juga demikian. Banyak yang belum terbiasa menggunakan teknologi yang relevan untuk pembelajaran dan mereka pun saat ini mengejar keahlian yang sama dengan satu tujuan; demi anak-anak kita.

3). Perhatikan kemampuan hard skill maupun soft skill anak

Banyak hal baik yang bisa dilakukan saat belajar di rumah, bisa jadi tidak ditemukan di lingkungan sekolah biasa. Misalnya tentang: disiplin diri bangun pagi, tanggung jawab tanpa tekanan, kejujuran tanpa diawasi, merasa rugi bila ketinggalan tugas, menghargai waktu, dan sebagainya (soft skill). 

Belajar di rumah juga memungkinkan anak mendapat hard skill baru. Misalnya bagaimana mengorganisasi situs-situs yang dibutuhkan (misalnya mencari makna kata dapat dilakukan di situs web KBBI). Cerita anak dan pengetahuan populer dapat ditemukan di majalah Bobo online. Begitu pula bagaimana mencatat hal-hal penting menggunakan  aplikasi catatan di onenote sekaligus kemampuan berbahasa dan menulis. Bagaimana mengelola kata sandi,  dan sebagainya.

4). Sediakan tempat khusus untuk belajar. 

Belajar di rumah tak ubahnya sama dengan bekerja di rumah. Kadang suit membedakan antara pekerjaan rumah atau sekolah. Untuk itu orang tua harus menyediakan tempat khusus seperti meja atau tempat duduk baik itu di dapur atau di teras rumah. Tandai itu sebagai tempat belajar. Jika duduk di lain tempat tersebut berarti itu waktunya santai, bermain, atau melakukan pekerjaan rumah.

Selain itu perlu orang tua tanggap dengan juga rajin bangun pagi untuk menata kebutuhan perlengkapan anak seperti menyediakan pensil dan tempatnya, mengatur kabel pengecas laptop atau gadget, sampai buku-buku pelajaran sebagai referensi. Dengan demikian ketika anak bangun bisa langsung mengerjakan tugas-tugas dengan cepat tanpa merepotkan orang tua. Biasanya anak selalu lalai dengan segala perlengkapan sekolahnya dan orang tua biasanya dianggap paling tahu keberadaan perlengkapan belajar mereka.

Untuk mengurangi gangguan saat belajar terutama pada laptop atau smartphone yang mereka gunakan, laptop bisa dipasang antivirus/browser yang terus ter-update, perekam layar, atau aplikasi catatan cepat. Hidupkan laptop sebelum anak bangun.

Perlu juga disiapkan kontrol orang tau terhadap penggunaan laptop atau smartphone yang berlebihan. Cegah anak-anak mengambil file orang lain yang bukan haknya. Awasi smartphone dari jarak jauh, pantau waktu pemakaian, tambahkan batasan untuk layanan tertentu. Misalnya dengan memasang aplikasi Family Link Google.

5). Buatlah syarat dan ketentuan yang berlaku

Jadwal dan konsistensi membuat hidup jadi lebih baik. Kegiatan yang tanpa aturan atau sesuka hati biasanya tidak akan mencapai target yang memuaskan. 

Anak-anak mesti diajarkan konsistensi melakukan jadwal-jadwal belajar yang mereka miliki. Jangan sampai tertinggal setiap tugas. Apalagi jika ada pembelajaran sinkronis (ter-jadwal) berbasis VC seperti webex, zoom, atau di MS. Team. Jika tidak diikuti tepat waktu, anak pasti merasa ketinggalan. Dan sesi itu tidak mungkin diulangi kembali. Tanamkan merasa rugi jika ketinggalan tugas atau belajar sesi sinkronis (live).

6). Fleksibel/luwes dalam menyesuaikan diri dan keadaan

Consistency sets expectations. Fleksibel/keluwesan memberi seseorang kebebasan atau keleluasaan tanpa rasa kuatir, tegang, takut salah, dan berbeda dari biasanya. Berikan anak kebebasan memilih mata pelajaran yang disukainya. Kebebasan untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk seni, musik, gym, dan mata pelajaran lain yang terkadang tak dianggap begitu penting dari sekolah umum. Misalnya dengan menambah waktu hapalan Al-Quran.

Biarkan juga anak ber-eksplorasi sesuai kemampuannya. Bila hasil terlihat kurang sesuai berikan masukan terhadap kegiatan atau hasil kerja anak. Fleksibilitas juga memungkinkan anak mengatur waktu jadwal menyelesaikan tugas. Bisa pagi hari atau ketika sore hari.

7). Dorong anak menghubung-hubungkan pengetahuannya

"Listen to your child and allow them to lead the learning experience," Maksudnya Orang tua lebih banyak mendengarkan keinginan positif anak. Bukan sebaliknya orang tua yang meng-kondisikan sesuai selera orang tua. Biarkan anak ber-eskpresi dan ber-imajinasi dari setiap proses belajar-nya, tanpa menyalahkan atau mengatakan 'tidak mungkin' dari setiap apa yang di-imajinasi anak.

Biarkan anak memimpin idenya, biarkan ia berceloteh layaknya seorang pemimpin dalam belajar, memberi saran, dan mengambil keputusan. Ajak anak menghubung-hubungkan satu hal ke hal yang lain untuk memastikan dasar pengetahuan mereka sudah kuat. Pada intinya, Dorong anak untuk terhubung dengan minat, hasrat, dan rasa ingin tahu  mereka.

8). Menerima kekurangan anak

Banyak orang tidak bisa menerima keadaan sebenarnya. Cenderung ingin terlihat baik, ideal, dan sempurna. Begitu juga orang tua yang ingin anaknya pintar dan cepat menguasai pelajaran. Saat belajar di rumah inilah saatnya orang tua akan melihat kemampuan anaknya. Perlu disadari bahwa anak tidak selalu akan belajar sempurna setiap hari. Ada kendala lain seperti mood, kesehatan, semangat, kecenderungan bakat dan sebagainya yang mempengaruhi kecepatan anak dalam menangkap pelajaran. Hal inilah yang perlu disadari orang tua.

Jika orang tua menemukan hari belajar di rumah cenderung tanpa semangat terlihat pada anak, saat itulah orang tua perlu mengecas kembali semangat anak untuk produktivitas lebih untuk hari-hari berikutnya.

9). Tiru kebiasaan anak dan tentukan waktu istirahat

Kebiasaan itu kadang membawa ke-gairahan tersendiri. Jika anak misalnya ke sekolah jalan kaki, orang tua setelah bangun pagi dan sarapan dapat membawa anak jalan kaki. Seandainya anak ke sekolah bersepeda, dapat pula dilakukan bersepeda santai sebelum jam belajar di rumah.

Kemudian pada pukul 08.00, baru kemudian mulai belajar. Siang hari, berikan waktu istirahat.  Bisa dengan keluar rumah selama setengah jam. Istirahat yang dapat ditentukan (bisa diprediksi) dapat membantu anak mengatur waktu dan perhatian terhadap tugas mereka tepat waktu. Hal ini juga memberi peluang anak menyegarkan ingatan dan refleksi diri. Lain sisi, Istirahat dapat menghilangkan stres dan meningkatkan produktivitas anak di kegiatan berikutnya.

10). Belajar efektif minimal 2 sampai 4 jam sehari.

Orang tua dapat membuat jadwal sampai 6 jam dengan memperhitungkan waktu istirahat, makan siang, dan rintangan lain yang tidak diduga. Yang pada akhirnya dapat menghasilkan waktu efektif belajar  tiga setengah jam atau empat jam belajar. Itu sudah sangat cukup.

11. Ambil hikmah dan berikan yang terbaik buat anak

Kegiatan belajar di rumah selama Pandemi covid-19 tidak semata menyangkut hal untung rugi. Semua dalam kesulitan dan merasakan hal yang baru membentuk kemapanan cara belajar baru. Baik bagi guru, anak, maupun orang tua. Oleh karena itu, semua mesti mengambil hikmahnya. Bagi orang tua tentu menjadikan sebagian orang tua makin dekat dengan anaknya, lebih mengenal kelebihan dan kekurangan anaknya. Jadikan momentum kedekatan anak dan orang tua selama belajar di rumah menjadi makna yang tiada terlupa sebagai karunia sang pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun