Mohon tunggu...
Agatha Frisca Roseline
Agatha Frisca Roseline Mohon Tunggu... Mahasiswa

Nama : Agatha Frisca Roseline || NIM : 43221010006 || Kampus : Universitas Mercu Buana Jakarta || Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak || Matkul : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Apa Itu "Sedulur Papat Lima Pancer" dalam Budaya Jawa

26 Oktober 2022   23:03 Diperbarui: 26 Oktober 2022   23:16 3214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://assets.promediateknologi.com

Seluruh alam semesta telah diatur oleh suatu prinsip (kesadaran). Kesadaran ini berada pada setiap individu hidup. Semua pikiran dan hal-hal dalam hidup ini ada di sana. Dengan kata lain, setiap pikiran adalah satu pikiran. Setiap orang dapat bertindak selaras dengan alam semesta dan mewujudkannya.

Oleh karena itu, ketika seorang individu berpikir, pikirannya dibatasi oleh sifatnya untuk muncul dalam hal objektivitas atau kesamaan dengan aslinya.

Hubungan melalui kehadiran Sedulur Papat adalah bahwa Pancer (diri kita sendiri) harus menjelaskan kepada alam bawah sadar bahwa memiliki Sedulur Papat. Pernyataan yang secara tidak sadar kita yakini terkait dengan pikiran universal yang konstruktif (alam semesta).

Pemikiran universal membantu kita mewujudkan pernyataan kita dalam bentuk keadaan dan situasi yang kita inginkan. Dengan mengetahui karakteristik dan mekanisme alam bawah sadar, ucapan kita mencapai alam bawah sadar.

Semua agama percaya bahwa hidup atau mati seseorang sudah ditentukan oleh Tuhan. Artinya, selain alam fisik, juga terdapat metafisika yang disebut mikrokosmos dalam kepercayaan Hindu, yang diwakili oleh 'kiblat' tersebut di atas sebagai bagian dari empat kiblat alam berupa bumi/tanah, air, api dan angin.

Dalang Ki Sigit Ariyanto (2017) pernah menginterpretasikan dengan sangat detail terkait Sedulur Papat.

  • Watman adalah perasaan takut atau khawatir yang dimiliki seorang ibu ketika akan melahirkan anaknya. Watman didefinisikan sebagai saduara paling tua yang menyiratkan pentingnya berbakti kepada orang tua, terutama ibu, untuk rasa hormat mereka. Cinta seorang ibu adalah kekuatan yang menyertai kehidupan seorang anak.
  • Wahman adalah Kawah atau Cairan Ketuban. Berfungsi dalam melindungi janin dari syok intrauterine atau goncangan. Cairan ketuban pecah saat lahir dan menghilang secara alami, tetapi secara metafisika itu ada sebagai pelindung dan pelindung saudara.
  • Rahman atau Darah Kelahiran sebagai penggambaran kehidupan, jiwa, dan semangat. Seperti ketika saudara memberikan kehidupan dan kesehatan fisik.
  • Ariman atau ari-ari (plasenta) sebagai jalan makanan bagi janin. Dia adalah saudara yang tak terlihat yang mendorong seseorang untuk mencari nafkah dan mempertahankan hidup.
  • Pancer atau pusat. Jadi bayi sendiri juga dimaknai sebagai roh yang bersemayam dalam diri manusia dan mengendalikan kesadaran diri dalam rangka memelihara kesadaran dan kewaspadaan (ingat dan waspada).

Dewi (2017:4) juga menemukan dalam penelitiannya bahwa empat bersaudara Watman, Wahman, Rahman, dan Ariman adalah saudara manusia yang terikat secara metafisik. Sedulur Papat menjadi pusat dengan energi potensial atau aktif sebagai pengontrol kesadaran. Mereka adalah saudara yang membantu menavigasi kehidupan sampai seseorang kembali kepada Penciptanya.

Dengan tidak adanya Sedulur Papat Limo Pancer, orang mungkin tidak saling mengenal. Padahal, filsuf Martin Buber (1878-1965) telah lama menggagas konsep diri dalam kehidupan dengan maksud agar manusia menjadi dirinya sendiri meskipun ada diri lain di dalam dirinya. 

Dari makhluk-makhluk lain tersebut, manusia harus bisa memperoleh jati diri, sifat dan harga dirinya agar tidak terpecah belah.

Sedangkan konsep diri dari sudut pandang Ibnu Miskawaih (1994:43-44), manusia memiliki tiga bagian, yaitu al-quwwah alnatiqah (kemampuan berpikir), al-quwwah algadabiyyah (kemampuan marah), dan al-quwwah al-shahwiyah (kemampuan keinginan).

Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1960:291) menyoroti ideologi dengan al-nafs al-insaniyyah (jiwa sebagai fitrah manusia), fakultas amarah dengan istilah al-nafs alhayawaniyyat, dan ilmu nafsu dengan istilah al-nafs al- hayawaniyyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun