Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - Student of Master Degree - Diponegoro University

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kenapa Harus "Keminggris"?

9 Maret 2021   06:19 Diperbarui: 14 Maret 2021   01:33 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hmmmm, sebelum makin ngelantur, mari kita balik ke pertanyaan awal, yakni, "kenapa harus keminggris?"

Ya, kenapa sih kita harus keminggris? Kenapa makin ke sini, banyak yang seolah-olah mendewakan logat Inggris lantas menjadikannya tolok ukur kebenaran dalam pelafalan berbahasa? Padahal, pelafalan berkaitan erat dengan dialek yang juga bergantung pada berbagai faktor. Dialek, dalam KBBI dapat diartikan sebagai variasi berbahasa yang berbeda-beda menurut pemakainya. Perbedaan itulah yang kemudian menjadi dasar pembeda sebuah kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya. Contohnya, kelompok suku Jawa dengan Sunda, kelompok Betawi dengan Batak dan sejenisnya.

Satu hal yang harus dipahami dalam konteks ini adalah kita harus sama-sama menyadari bahwa pelafalan belum tentu sama dengan penulisan. Setiap kelompok masyarakat memiliki caranya masing-masing untuk melafalkan kata di setiap tuturnya. Untuk mempermudah proses pemahaman dapat dicermati contoh pelafalan kata sega pada dialek Surakarta dan dialek Ngapak. 

Pada dialek Surakarta, kata yang ditulis sega, dilafalkan dengan sebutan sego. Huruf "a" pada kata sega dituturkan dengan vokal "o". Berbeda dengan dialek Ngapak, sega tetap dibaca sega dengan vokal akhir "a". Padahal, dialek Surakarta dan dialek Ngapak sama-sama milik suku Jawa. 

Namun, kembali pada penjelasan sebelumnya bahwa pada dasarnya bahasa adalah penentu identitas suatu suku, maka hal tersebut dapat diartikan sebagai salah satu bukti bahwa keberagaman bahasa akan mempermudah kita dalam mengidentifikasi sebuah kelompok.

Berpijak pada penjabaran di atas, harusnya kita mulai intropeksi dong!

Eh, tunggu! Kita? Ah, nggak mau ah, kalian aja yang sok keminggris! Iya, kalian para oknum yang memiliki kecenderungan untuk menyalahkan kemampuan berbahasa orang lain karena tidak sesuai aksen British. Sebenarnya, niat kalian baik. Saya yakin di balik upaya pembetulan dalam pelafalan bahasa asing itu sebuah hal yang baik. Namun, hal yang baik pun bisa menjadi keji jika dilakukan dengan terang-terangan, tanpa tading aling-aling lantas menjustifikasi hingga yang dikoreksi tersudutkan. Hmm, kalau sudah begitu, pasti berbagai asumsi liar bermunculan dan ujungnya makin memperkeruh situasi.

Lagian, begini, ya! Menurut saya, pada akhirnya yang terpenting dalam proses komunikasi adalah seluruh oknum yang terlibat di dalamnya memiliki keseragaman tafsir untuk memahami topik yang dibicarakan. Namun, hasil pemikiran tersebut jangan ditelan mentah-mentah, ya!

Kalian juga harus paham bahwa cara kita berbahasa pun bisa dijadikan penentu dasar kepribadian yang akan dinilai oleh orang lain, tepatnya orang-orang baru yang belum sepenuhnya tahu kita ini seperti apa. Jadi, mau sejelek apapun pelafalannya jika memang dia paham apa yang kita maksudkan ya sudah. Selesai. Iya, kan?

Berbeda lagi jika posisinya, dia memiliki kerunutan cara berpikir dan gaya berbicara di depan umum yang baik, namun tidak menguasai materi. Alhasil, pesan yang seharusnya tersampaikan justru menjadi hal yang rumit untuk dipahami.

Oleh karena itu, ada istilah, berbahasalah yang baik dan benar. Baik karena disesuaikan dengan konteks dan situasi, sedangkan benar didasarkan pada kesepakatan pemaknaan terhadap diksi yang digunakan. Benar dalam hal ini tidak memiliki kemutlakan karena pada dasarnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa tidak dapat disalahkan maupum dibetulkan dengan serta merta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun