Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - BINUSIAN

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maaf, Aku Berbohong Malam Ini

28 Mei 2020   22:23 Diperbarui: 28 Mei 2020   22:22 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Makin galaknya kau, makin bisa kau bikin Abang bergairah, Dik. Hahahaha!" ungkapnya yang semakin nyata menampakkan muka binal.

"Anjing!" bentakku yang berusaha keluar dari mobil, tapi tak bisa karena dikunci olehnya.

"Sadar kau ini, Bang! Katamu, sebagai lelaki Batak, kau akan menghormati dan menghargai perempuan karena dari lahir, kita sudah diajari untuk menjunjung tinggi konsep penghormatan itu!" kataku.

"Kita?" responsnya bingung. Dahinya mengerinyit, alis kanannya naik.

"Iya, kita. Kau pikir, aku orang mana? Kau sangka, kita ini nggak sesuku?" kataku sok tegas di tengah ketakutan.

"Sebentar, apa ini maksudnya?" Tomi mulai kebingungan dalam mencerna kalimatku. Perlahan, dia menarik tubuhnya yang hampir menimpahku.

"Aku ini sama sepertimu, Bang. Kita sama-sama orang Batak, aku boru Simanjuntak, Bang! Kau sendiri kan yang bilang tadi bahwa dalam budaya Batak, ada konsep Boru ni Raja yang merujuk pada penghormatan dan penghargaan pada perempuan. Terlebih jika perempuan itu boru Batak yang bisa dibilang masih satu keluarga samamu, dengan kita!" tuturku bohong.

Iya, aku berbohong karena aku tidak teraliri darah Batak dan rahangku pun tak petak. Tapi, aku memang bisa mengecoh orang dengan logat bicaraku dan mengimbangi bahasan orang Batak karena lelakiku berasal dari suku tersebut. 

Bahkan, terlepas dari pengaruh lelakiku, ketertarikan pada budaya Batak juga telah menjadikanku pribadi yang sedikit-banyak paham akan hal-hal yang berkaitan dengan pranata sosial yang dijaga oleh masyarakat suku tersebut. 

Terlebih lagi, alasan aku menjadikan Tomi sebagai informan adalah karena aku sedang penelitian tentang budaya Batak dan dia sempat menyinggung perihal konsep penghormatan terhadap perempuan dan menjelaskan istilah Boru ni Raja. Tadi, saat aku mewawancarainya. Jadi, belum kelewat lama karena baru saja beberapa menit berlalu.

"Bercandanya kau? Hahaha, nggak ada percaya aku samamu, Dik!" kelakarnya menertawakanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun