Mohon tunggu...
Afriani Damaris Purba
Afriani Damaris Purba Mohon Tunggu... mahasiswa

saya adalah afriani suka menulis dan suka mengulas makanan dan menyukai konten pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kita Butuh Bangkit, Bukan Sekadar Divalidasi

10 Juli 2025   09:09 Diperbarui: 10 Juli 2025   09:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto kucing(sumber gambar: pixabay)

Kadang kita merasa dunia ini terlalu berat.
Tapi sebenarnya, yang terasa berat itu bukan dunia---melainkan isi kepala dan isi hati kita sendiri.

Banyak dari kita yang terjebak dalam keinginan untuk dimengerti.
Kita ingin orang lain tahu isi hati kita, tahu bahwa kita sedang sedih, lelah, kecewa, atau kesepian.
Dan itu wajar. Sangat manusiawi.

Tapi masalahnya, jika kita terlalu lama duduk dalam perasaan itu, kita jadi lupa cara berdiri.

Kita mulai menyalahkan sekitar, menganggap dunia tidak adil, teman tidak peduli, keluarga tidak peka.
Padahal yang sedang berisik itu sebenarnya bukan mereka, tapi perasaan kita sendiri yang belum kita kelola.

Kita bilang, "Aku butuh istirahat."
Tapi sering kali, bukan tubuh yang lelah---melainkan hati yang terlalu lama manja.
Kita memeluk rasa ingin dipuji, ingin dikasihani, ingin diperhatikan, sampai lupa bahwa kita juga bisa jadi kuat tanpa itu semua.

Perasaan manja tidak selalu terlihat seperti rewel.
Kadang ia datang dalam bentuk diam yang ingin dimengerti, atau malas yang disamarkan sebagai "healing."

Bukan berarti kita tidak boleh lelah.
Tentu saja boleh.
Tapi kita perlu jujur: ini lelah sungguhan, atau kita sedang memanjakan emosi karena ingin lari dari tantangan?

Validasi itu penting, iya. Tapi jangan sampai kita hidup hanya demi kata-kata orang lain.

Karena saat tidak ada yang menepuk bahu kita, bukan berarti kita gagal.
Mungkin itu tanda bahwa sudah waktunya menepuk bahu sendiri.

Kita tidak bisa terus-menerus menunggu pelukan dari luar.
Kadang, kita perlu belajar memeluk diri sendiri lebih dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun