Mohon tunggu...
Afra Malika
Afra Malika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Neno Samakan Pilkada-Pemilu dengan Perang, TGB Zainul Majdi Tolak Gunakan Ayat Perang untuk Politik

11 Agustus 2018   10:44 Diperbarui: 11 Agustus 2018   10:49 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Para pengusung gerakan #2019GantiPresiden kerap menganalogikan kontestasi politik dalam Pemilu di Indonesia sebagai perang. Dengan analogi itu, mereka hendak memobilisasi umat Islam  untuk memilih jagoannya. 

Hal itu terbukti dari orasi Neno Warismen dalam deklarasi gerakan #2019GantiPresiden. Dalam video pendek yang tersebar luas, terlihat Neno berorasi dengan menganalogikan konteks Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 sebagai Perang Badar dan Uhud bagi umat Islam. Perang Badar dan Uhud merupakan peperangan pada masa Rasulullah SAW.

Analogi perang dalam kontestasi politik di Indonesia ini sangat berbahaya. Hal itu terbukti bisa memecah belah masyarakat berdasarkan pilihan politiknya.

Seakan-akan pendukung calon A adalah pembela agama Islam, sedangkan pendukung calon B adalah musuh agama. Padahal, pendukung calon A dan B sama-sama satu bangsa, bahkan satu agama.

Polarisasi ini berpotensi merusak kerukunan warga dan menjadikan Pemilu sebagai ajang perang. Ini yang harusnya dihindari bersama.

Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur NTB TGB Zainul Majdi mengajak semua orang untuk meninggalkan cara berpolitik yang menyesatkan itu.

Ia mengajak para tokoh politik dan ulama untuk tidak menggunakan ayat-ayat perang dalam proses politik di tanah air. Karena konteks dan situasinya sangat berbeda dengan zaman Rasulullah. Apalagi kontestasi politik ini masih dengan sesama saudara bangsa.

Menurutnya, sentimen agama jangan sampai digunakan untuk memobilisasi dukungan dalam Pemilu. Ini adalah sumber perpecahan bagi bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu, para ulama dan tokoh masyarakat yang waras, menurut TGB, harus berani bersuara lantang untuk menyampaikan kebenaran. Hal itu untuk mencegah adanya politisasi agama. 

Karena bila tidak, maka sentimen agama akan digunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab sehingga berakibat pada perpecahan bangsa.

Pernyataan TGB tersebut seakan menjadi jawaban bagi orasi-orasi Neno Warisman yang gemar memainkan isu agama untuk kepentingan politik. Orasi dari mantan artis itu memang dikenal provokatif dan cenderung memecah belah bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun