Mohon tunggu...
Afin Yulia
Afin Yulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer, blogger

Gemar membaca, menggambar, dan menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Ketika, Saat Keadaan Tak Berjalan Semestinya

15 November 2018   15:55 Diperbarui: 16 November 2018   06:52 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.pexels.com/

Ketika aku bersiap membuat api unggun, Kanaya tiba-tiba bertanya ,"Apa bisa membuat api unggun tanpa korek atau pemantik api?"

"Bisa, baterai ponsel ini bisa digunakan untuk membuat api," kataku seraya menaruh baterai di atas tumpukan daun dan ranting-ranting kering.

Dengan bantuan obeng besar yang kuambil di mobil Pak Her, kutusuk baterai tersebut hingga korslet dan menimbulkan percikan api. Tak berapa lama api menyala membakar daun-daun dan ranting yang ditumpuk rapi. Orang-orang pun merapat untuk mengusir hawa dingin yang mulai merayap.

Hal berikutnya yang menjadi prioritas setelah membuat api adalah makanan dan minuman. Ternyata setelah dikumpulkan hanya terdapat beberapa batang coklat milik Anggi, sebotol air milik Kanaya, dan dua nasi kotak sisa konsumsi tadi siang. Memang tidak banyak, tetapi bisa membantu mengganjal perut kami hingga menemukan makanan yang layak. 

Saat itulah terdengar sayup-sayup suara peluit di kejauhan. Kami semua berpandangan heran siapa yang meniup peluit di tengah hutan. Semua orang menduga itu Fred, sebab hanya dia yang mungkin membawa peralatan semacam itu.

"Kalau begitu ayo kita susul dia! Jangan-jangan terjadi sesuatu," usul Pak Lukman.

Aku menolak usulnya. Jika harus menyusul Fred, orang itu harusnya aku. Selain karena aku yang bertanggung jawab, hanya aku juga yang lumayan kenal wilayah hutan ini. Untuk itu aku bergegas membuat obor sederhana. Robekan kaus bekas lap mobil milik Pak Her kulilitkan pada sebatang kayu, kemudian kucelupkan ke dalam cairan bensin di tangki minibusnya. Baru kemudian dinyalakan dengan api unggun yang telah menyala.

Sebelum pergi kuminta Pak Lukman untuk mengawasi setiap anggota tim, menjaga mereka agar jangan sampai terpencar sampai aku kembali. Setelah itu baru aku berangkat mencari Fred yang tak juga datang hingga kini.

"Fred, di mana kau?" teriakku kencang.

Bunyi peluit itu terdengar, arahnya dari kanan. Aku terus mengikuti suaranya. Hingga kemudian menemukan dia dengan setandan pisang di samping kakinya.

"Astaga, kupikir kau kenapa-napa, Fred?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun