Mohon tunggu...
Muh Afifuddin
Muh Afifuddin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

What Next? (Bacaan Khusus Orang-orang Sukses)

6 Desember 2017   19:50 Diperbarui: 7 Desember 2017   06:45 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matahari pagi hari telah terbit. ia menyisakan embun yang bertengger di dedaunan. pagi menjelang, jadi alasan merapatkan selimut bagi mereka yang begadang pagi menjelang, berakhirnya para pecundang tidak ada lagi yang bersembunyi di gelapnya malam bahkan tidak untuk mereka yang buta. itulah sedikit ungkapan yang pernah kutulis di buku catatan kecilku. pagi hari. apakah selalu sama buat kalian? rutinitas yang harus dijalanin dan selalu membosankan tapi tidak bisa dihindari. pagi, seharusnya selalu indah. orang jauh - jauh pergi ke mahameru atau ke tempat dengan spot menarik untuk menyaksikan sun rise. 

Apa asyiknya sih menyaksikan matahari terbit dari puncak mahameru. apakah matahari yang terbit di puncak mahameru dengan yang ada di kampungmu berbeda? sudah barang tentu sama kan? jadi, ngapain harus jauh - jauh. mereka beralasan, sensasinya berbeda. apanya yang beda. yang membedakan itu jika tiap kali matahari terbit terus kamu menyaksikannya, saat itu kamu berjanji bahwa hari ini adalah hari terbaik yang allah berikan kepadamu. kamu pernah mikir nggak sih? setelah ini kamu mau ngapain. setelah semua pencapaian yang kamu raih. setelah semua yang kamu impikan berhasil menjadi nyata. mau kemana?  para motivator mengatakan, kamu harus keluar dari zona nyaman.

Zona nggak nyaman mana lagi yang harus di coba. semua sudah, setidaknya menurut ukuran kita masing-masing. mencoba hal baru? bukan berarti beranjak dari zona nyaman. bisa jadi motivator pun masih ambigu tentang makna sebenarnya dari zona nyaman. bahkan bisa jadi mereka juga tidak beranjak dari zona nyaman masing - masing. motivator lain mengatakan, kamu harus out of the box. saya tidak hanya out of the box. bahkan saya pecahin boxnya. sudah lewat dan sudah dilalui. terus mau ngapain lagi? ini hanya politik kata - kata. ternyata semua pencapaian itu membawa kita pada pertanyaan baru. kata orang, mereka berhasil menemukan dirinya butuh menemukan sesuatu yang lebih besar agar tetap merasa hidup. so what next? menemukan yang lebih besar bukanlah pada ukuran kuantitas tapi lebih pada kualitas.

jawabannya adalah, jadilah orang yang paling bahagia di dunia. orang yang paling bahagia di dunia ini adalah orang yang mendedikasikan hidupnya bukan buat dirinya sendiri, tapi buat orang lain. tidak sedikit orang - orang yang jenuh, lelah bahkan nyaris bunuh diri karena merasa terjebak dalam  pekerjaan mereka masing-masing. mereka yang telah berhasil dalam hidupnya banyak yang jatuh dalam jurang ketidak-bermaknaan hidup (meaningless). bukan karena mereka gagal, justru mereka mempertanyakan, sebenarnya apa yang dicari. mencari kebahagiaan adalah seperti berjalan di atas jalan panjang tanpa ujung. dengan begitu, kita harus bergerak. harus terus siap melewati setiap kemungkinan. menemukan jawaban dari setiap pertanyaan. menjalaninya butuh kesabaran dan kekuatan hingga kesuksesan tercapai. kita tidak bisa jadi bahagia, jika kita tidak bisa membuat orang lain bahagia. the happines is only real, when it is shared.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun