Mohon tunggu...
Muh Afifuddin
Muh Afifuddin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkenalan dengan Diri Sendiri

25 Oktober 2017   23:18 Diperbarui: 25 Oktober 2017   23:46 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
muhammadimamsirait.blogspot.co.id

Jujur, tak banyak yang dapat di sampaikan di sini. Ini hanya bagian hidup yang perlu di isi. Seperti saat ini, mengisi apa yang perlu di isi dan biarkan yang lain kosong bila memang diharuskan kosong.

Judulnya seperti sebuah film "WHO AM I". Kalau di bilang mencotek, mungkin. Sedangkal otak ini memahami statistika, sutau keajaiban dapat menemukan kata itu. Yang lebih masuk akal, terinspirasi. Itu saja.

Suatu keajaiban pula seseorang yang belum pernah mengenal dirinya tiba-tiba begitu paham akan diri lain. Inspirasi tentu saja bagian tak terpisahkan dari pencarian siapa sebenarnya diri. Menemukan apa yang sebenarnya tak perlu di cari.

Setiap diri mempunyai komponen terorganisir yang dapat melengkapi diri untuk memahami dirinya. Yang melekat justru yang dicari, yang harus di temukan. Bagaimana menemukan apa arti sebenarnya diri, hanya diri itulah yang dapat menjawabnya.

Kalau diri sudah mengenal dirinya  maka dia dapat mengenal diri yang lain, yang memang harus dicari. Bagaimana diri mampu mengenal diri yang lain tanpa memahami dirinya. Sebuah fatamorgana. Kalau dibilang keajaiban. Keajaiban macam apa. Mengenal diri adalah bagaimana memahami siapa diri? Bagaimana diri? Memahami ruh, akal, hati dan nafsu kemudian memahami diri yang lain.

Agaknya membingungkan. Bagaimana kita tahu, "diri" tidak dapat berbicara? Sedangkan ia begitu lancar bercerita. Ia berbicara dengan ke-khas-annya. Ia menggumam, menangis, tertawa dan terlibat keburaman yang dalam atau kesunyian pada lembahnya atau keriangan yang mengalir tanpa henti. Tak ada rasanya bila ia hanya diam, rigid, tak bergerak, tak memahami dirinya sendiri. Menemukannya dalam diri sendiri. Rasakan cintanya, amarahnya, bahkan kasih sayangnya pada diri lain.

Menemukan apa sebenarnya yang telah ada. Hanya mengukir cinta pada "diri" dan temukan keagungan sang pengkodrat diri. Yang mengatur diri apa pada siapa ia. Yang memihak pada diri yang selalu lemah. Yang mencintai diri ketika mengenal dirinya. Yang menakdirkan diri menjadi diri sepenuhnya. Yang menggapai diri dari segala penjuru. Yang membuta diri ada bersama diri lain dan yang membuat diri menemukan dirinya hingga memahami diri lain.

Sebuah proses yang tak pernah berhenti sampai diri dianggap lelah dan tak mungkin lagi memahami diri atau bahkan terlalu menjadi "diri". Sebuah proses kehidupan karena diri dalam keadaan mengharap, merangkak, menerjang, ingin selalu menemukan siapa dirinya. Inspirasi merupakan awal diri untuk menemukan siapa dirinya. Dan memahami arti dirinya, menggapai apa yang ada dalam dirinya sampai diri menemukan diriNya. Yang tak lain adalah "diri" itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun