Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat berbagai perilaku menyimpang yang membuat resah masyarakat --- mulai dari kekerasan, perundungan (bullying), penyalahgunaan narkoba, hingga gaya hidup hedonis di kalangan remaja.
Fenomena-fenomena tersebut merupakan contoh nyata dari patologi sosial, yaitu gejala "penyakit sosial" yang menandakan adanya gangguan pada tatanan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat.
Patologi sosial tidak bisa dipandang hanya sebagai bentuk pelanggaran moral, melainkan juga sebagai cerminan adanya masalah mendalam dalam sistem sosial dan psikologis individu. Karena itu, untuk memahami fenomena ini, kita perlu melihatnya melalui kacamata teori sosial dan psikologi modern.
Fenomena Bullying: Potret Patologi Sosial Remaja
Salah satu kasus yang banyak terjadi di sekitar kita adalah perundungan (bullying) di sekolah maupun di media sosial.
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan peningkatan signifikan kasus bullying dalam beberapa tahun terakhir, terutama di dunia digital.
Bullying tidak hanya meninggalkan luka emosional bagi korban, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang lebih luas diantaranya menurunnya rasa aman, rusaknya hubungan antarindividu, dan melemahnya solidaritas sosial di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Sudut Pandang Sosiologi: Anomie dan Disorganisasi Sosial
Dari perspektif sosiologi, ada dua teori yang dapat menjelaskan mengapa perilaku menyimpang seperti bullying bisa muncul:
1. Teori Anomie -- mile Durkheim