Mohon tunggu...
Afifatul Khoirunnisak
Afifatul Khoirunnisak Mohon Tunggu... Petani - Sarjana Pertanian

Menikmati perjalanan hidup dengan belajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Petani Milenial, Jawaban Atas Krisis Regenerasi Petani?

11 November 2021   13:50 Diperbarui: 12 November 2021   14:13 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Milenial (sumber: istockphoto.com)

Namun masih rendahnya minat milenial untuk terjun ke pertanian menjadi salah satu tantangan saat ini. Masih banyak ditemui fakta di lapangan bahwa para petani tidak ingin anaknya terjun ke pertanian dikarenakan berbagai faktor seperti masih rendahnya kesejahteraan petani. Ada juga milenial yang malu terjun di pertanian karena selama ini pertanian identik dengan panas-panasan dan kotor.

Kondisi tersebut tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya salah. Saat ini pelan-pelan sudah mulai terlihat peran petani milenial yang harapannya juga dapat menarik generasi milenial lainnya untuk menggeluti pertanian. 

Beberapa contoh konkrit yang mungkin dapat merubah mindset kita tentang pertanian antara lain yaitu urban farming, smart farming, organic farming, microgreen farming, aquaponic, hidroponic, dan banyak teknologi lainnya. Pemasaran produk-produk pertanian melalui digital marketing juga menjadi bukti nyata semakin banyak milenial yang tertarik di bidang pertanian.

Bagaimana peran petani milenial?

Momok mengerikan dan terkesan kolot bagi sebagian besar kaum milenial perlahan mulai pudar dengan hadirnya berbagai sosok petani muda yang sukses dalam bidang pertanian. 

Petani muda ini menghadirkan suasana baru dalam hal pencitraan diri seorang petani, dimana teknologi melekat erat dalam aktivitas sehari hari sebagai petani. Sebut saja, Agung Wedhatama, sosok petani milenial yang berasal dari Desa Gobleg, Buleleng, Bali. Agung menjadi salah satu petani muda yang bergerak dibidang pertanian organik. 

Agung memiliki metode bercocok tanam yang bisa dibilang berteknogi dimana Agung menyebutnya dengan Smart Farming. Smart Farming gagasan Agung cukup beragam dalam penerapannya pada budidaya tanaman. Agung juga telah membentuk komunitas Petani Muda Keren (PMK) di Desa Goblek, Buleleng. Komunitas ini terfokus pada komoditas hortikultura berupa sayuran melalui integrasi teknologi smart irrigation yang dapat dikendalikan dengan perangkat Android.

Ilustrasi Smart Farming (istockphoto.com)
Ilustrasi Smart Farming (istockphoto.com)

Tidak hanya itu, Agung juga mendirikan PT. Bos (Bali Organik Subak) serta BosFresh Apps yang bergerak di bidang pertanian dengan basis di Bali. Agung melihat masih cukup besarnya peluang yang ada di Industri pertanian Indonesia. 

Peran Agung sebagai milenial tidak hanya menginisiasi gerakan bertani bagi anak muda akan tetapi memberikan gambaran atau citra yang baik bagi petani milenial. Agung menggambarkan petani milenial tidak serta merta harus turun ke lapangan akan tetapi dapat dilakukan melalui perangkat Android.

Potensi dan tantangan petani milenial kedepan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun