Ketiga, menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku jujur juga sangat penting. Dalam dunia kerja, misalnya, perusahaan dapat menerapkan sistem reward and punishment yang adil untuk mendorong perilaku etis di antara karyawan.
Kesimpulan
Sifat "Sengkuni" dalam diri kita adalah cerminan dari tekanan sosial, ekonomi, dan psikologis yang kita hadapi sehari-hari. Meskipun sifat ini mungkin memberikan keuntungan jangka pendek, dampak jangka panjangnya sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan melakukan introspeksi, menekankan pendidikan moral, dan menciptakan lingkungan yang mendukung, kita dapat mengurangi kecenderungan untuk bertindak licik dan manipulatif.
Pada akhirnya, pertanyaan "Emang siapa yang tidak Sengkuni?" mengajak kita semua untuk merenung dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Karena hanya dengan kesadaran dan usaha kolektif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih jujur dan adil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI