Mohon tunggu...
AFIF NUR FAUZAN
AFIF NUR FAUZAN Mohon Tunggu... Penulis Lepas

Sebagai seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menumbuhkan Rasa Cukup Secara Finansial

5 Mei 2025   12:20 Diperbarui: 5 Mei 2025   12:43 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korupsi (Sumber: Freepik.com)

Namun itu salah satu yang paling penting. Jika harapan naik bersama hasil, tidak ada logikanya untuk mengusahakan lebih karena kita akan merasakan hal yang sama sesudah berusaha lebih keras, tidak ada rasa puas. Jadinya berbahaya ketika keinginan merasakan lebih-lebih banyak uang, kekuasaan, gengsi dapat menaikkan ambisi lebih cepat daripada kepuasaan. Dalam hal demikian, satu langkah maju mendorong tiang gawang dua langkah ke depan. Kita merasa seolah ketinggalan dan satu-satunya cara mengejar adalah menanggung risiko yang makin lama makin besar.

Kapitalisme modern sangat hebat dalam dua hal: menciptakan kekayaan dan menciptakan rasa iri. Barangkali keduanya bergandengan; ingin mengalahkan sesama bisa pendorong kerja keras. Namun kehidupan tak asyik tanpa rasa cukup. Kebahagiaan hanyalah hasil dikurangi harapan, katanya.

2. Perbandingan sosial adalah masalahnya

Batas atas perbandingan sosial sangat tinggi, nyaris tak ada yang pernah mencapainya. Artinya itu pertempuran yang tak pernah dimenangkan, atau bahwa satu-satunya cara untuk menang adalah tidak bertarung sejak awal-menerima bahwa kita barangkali sudah cukup harta, meski itu lebih sedikit daripada yang dimiliki orang sekeliling kita.

3. Menumbuhkan rasa "Cukup"

Gagasan memiliki "cukup" boleh jadi tampak konservatif, mengabaikan kesempatan dan potensi yang tersedia. Morgan Housel tak menganggap itu benar.

"Cukup" adalah menyadari bahwa yang sebaliknya-nafsu menginginkan lebih yang tak puas-puas-akan mendorong kita ke titik penyesalan.

Satu-satunya cara mengetahui seberapa banyak makanan yang bisa kita makan adalah makan terus sampai muntah. Hanya sedikit yang mencobanya karena muntah lebih sakit daripada kenikmatan makan. Karena suatu alasan, logika yang sama tak dipakai di bisnis dan investasi, dan banyak yang hanya akan berhenti mencari lebih banyak ketika mereka dipaksa berhenti. Itu bisa berupa sekedar kelelahan bekerja atau alokasi investasi berisiko yang tak bisa dikelola.

Apa pun itu, ketidakmampuan menolak mengejar potensi uang akhirnya merepotkan kita.

4. Ada banyak hal yang tak pernah layak diusahakan dengan cara menanggung risiko, apa pun potensi keuntungannya.

Sesudah bebas dari penjara, Rajat Gupta (pengusaha) memberitahu The New York Times bahwa dia sudah mendapat pelajaran:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun