Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moral dan Agama, Mana yang Harus Didahulukan?

22 Februari 2017   16:53 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:28 3725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seluruh manusia di muka bumi pasti terikat dengan aturan-aturan tertentu dalam menjalankan hidup. Peraturan tersebut diperoleh dari ajaran agama yang dianut maupun norma yang berlaku di masyarakat secara turun temurun. Menanamkan nilai-nilai moral dan agama tentu saja harus dimulai sejak usia dini. Hal ini menjadi tugas yang cukup menantang bagi orangtua di manapun berada, mengingat orangtua adalah “dunia” pertama bagi anak. Maka orangtua wajib hukumnya untuk memahami apa yang harus diajarkan terlebih dahulu kepada buah hati dan apakah sudah sesuai dengan tumbuh kembangnya.

Definisi Moral dan Agama

Moral merupakan serangkaian nilai-nilai yang memuat kaidah, tata cara kehidupan, adat istiadat, dan pranata yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya dan dari individu atau kelompok masyarakat. Pranata tersebut memuat tentang standar baik dan buruknya tingkah laku manusia di mata sekitarnya. Sedangkan, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (KBBI). Secara garis besar, moral dan agama sama-sama memiliki aturan untuk mengerjakan kebaikan. Bedanya, agama mencakup tentang hablu-minallah (hubungan antara manusia dengan Tuhan) dan hablu-minannas (hubungan antara manusia dengan manusia lainnya) sedangkan moral hanya sebatas hablu-minannas saja.

Meski sama-sama memiliki peranan yang besar dalam kehidupan setiap manusia, moral dan agama adalah dua hal yang berbeda. Karena tidak semua moral sesuai dengan syari’at agama, dan tidak seluruh agama memiliki aturan hablu-minannas yang sama. Contoh kecilnya, dalam suatu agama ada larangan bagi laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki ikatan apapun untuk bersalaman atau bersentuhan kulitnya, sedangkan ada agama lain yang tidak memiliki aturan tersebut. Demikianlah, tidak ada aturan yang sepenuhnya benar, sebab kebenaran bersifat nisbi. Dan ibarat mengajarkan makan dan minum kepada anak usia dini, moral dan agama tidak dapat dilakukan bersamaan namun harus senantiasa beriringan. Sebab, tanpa minum, makan takkan jadi energi, dan makan tanpa minum takkan tercerna baik bukan?

Mana yang menjadi prioritas?

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, pada masa infant hingga preschool (1-6 tahun) anak belum mengerti konsep agama dan Tuhan. Dalam perkembangan agamanya, anak masih berpikir secara konkrit sehingga belum memiliki keyakinan yang hakiki bahwa Tuhan itu ada. Selain itu dalam menjalankan perintah agamanya, mereka melakukan proses imitasi yang belum sempurna, seperti misalnya menirukan gerakan sholat tanpa mengetahui esensi dari ibadah yang dilakukannya. Maka, pada masa-masa ini ada baiknya untuk memberi pemahaman agama yang sederhana dan mudah diterima anak. Sedangkan dalam perkembangan moral, Jean Piaget mengatakan bahwa pada usia tersebut anak telah memasuki tahapan moralitas heterogen, yakni di mana anak berpikir bahwa peraturan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat batasan dalam bertingkah laku. 

Pada masa ini, anak menilai kebaikan atas tingkah laku berdasarkan konsekuensinya, bukan niat melakukannya. Anak juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah atau diturunkan oleh sebuah otoritas yang berkuasa seperti orangtuanya, guru, dan orang lain yang lebih tua darinya. Oleh karena itu, pembiasaan moral yang baik -atau dalam islam di sebut akhlaqul karimah- harus dimulai sejak masa ini. Pembiasaan ini dimulai dari hal-hal sederhana seperti : cara memegang dan menaruh sesuatu dengan tangan kanan, tidak menyela pembicaraan orang, berkata yang baik, dan sebagainya. Apabila hal-hal baik sudah dibiasakan sejak dini, maka akan menjadi pengaruh yang baik untuk kehidupan anak di masa mendatang. Sembari membiasakan hal-hal tersebut, perkenalkan kepada mereka tentang nilai agama yang terkandung pada nilai moral yang telah dilakukannya. 

Contohnya ketika orangtua mengajarkan kepada anak untuk menyayangi binatang dengan cara mengajaknya untuk merawat dan memperlakukan kucing dengan baik, ceritakan pula kisah Rasulullah, teladan milyaran umat, yang juga amat menyayangi kucing. Demikianlah, menanamkan nilai moral kepada anak harus diiringi dengan nilai agama. meskipun -sekali lagi- anak usia dini belum mengerti benar tentang konsep agama, setidaknya perkembangan agamanya akan ter-stimulus sedikit demi sedikit sejalan dengan perkembangan moral. Dan kabar baiknya, hal tersebut akan memperbaiki pemahaman agama bagi anak di masa selanjutnya.

Jadi, bagaimana? Sudah dapat menyimpulkan mana yang harus diajarkan lebih dahulu : doa sebelum makan atau tata cara makan yang benar?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun