Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkuda, Memanah, Berenang, dan Momong

7 Desember 2016   13:47 Diperbarui: 7 Desember 2016   14:08 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya untuk mengajarkan berkuda, berenang, dan memanah kepada generasi selanjutnya. Hadits ini cukup populer dan mengandung perintah yang sudah terang benderang. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah perintah dalam hadits tersebut masih relevan dengan kondisi kehidupan di masa sekarang? Padahal kita semua mengetahui bahwa binatang kuda sudah tidak lagi menjadi sarana transportasi dan telah tergantikan oleh mesin-mesin buatan manusia, olahraga berenang hanya bisa dilakukan oleh beberapa orang saja, dan begitu pula dengan olahraga memanah yang popularitasnya kalah dengan olahraga modern lainnya. Seperti halnya perintah Allah dan Rasulullah SAW yang lain, pasti ada hikmah yang tersirat dibalik perintah ini.

Rasulullah SAW ‘mencanangkan’ ketiga perintah tersebut untuk seluruh umat Islam khususnya kepada para orangtua. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar, kenapa harus orangtua? Apakah hubungan antara ketiga olahraga yang tidak relevan tersebut dengan peranan orangtua dalam kehidupan? Mari kita telaah satu persatu.

Berkuda

Berkuda adalah salah satu olahraga yang menantang adrenalin dengan cara memacu kuda secepat-cepatnya. Olahraga ini membutuhkan ketelatenan dan akurasi dalam mengarahkan kuda yang sedang berlari. Dan sebagaimana kita tahu, kuda merupakan salah satu binatang yang bisa saja jinak, bisa juga liar. Untuk itu, penunggang kuda harus pintar-pintar merawat dan melatihnya. Contoh kecilnya ketika memandikan kuda, penunggang kuda harus ‘ikut mandi’ juga supaya kudanya patuh untuk dimandikan.

Coba saja mandikan kuda tanpa mau ikut basah, pasti kuda tersebut tidak akan mau. Apalagi menyuruh kuda tersebut untuk mandi sendiri. Seperti halnya dalam mengasuh anak, orangtua membutuhkan ketelatenan dalam mengasuh anak-anaknya yang memiliki karakter berbeda.  Selain itu, orangtua juga harus memberikan keteladanan sebelum menyuruh anak melakukan sesuatu. Tidak mungkin orangtua serta merta menyuruh anaknya sholat, tanpa memberitahu bagaimana teknis sholat itu sendiri bukan?

Memanah

Di bumi pertiwi, olahraga yang satu ini tidak cukup eksis dan sering disalahgunakan untuk berburu, membunuh, memikat hati (panah asmara keleus), dan sebagainya. Dalam memanah diperlukan skill membidik dan kekuatan tangan dalam menarik alat panah. Secara eksplisit, perintah ini menganjurkan umat manusia untuk memiliki target kehidupan. Sama halnya ketika mengasuh anak, orangtua harus memiliki arah dan berusaha tepat sasaran dalam membesarkan anaknya.

Dalam artian untuk apa orangtua mengasuh anaknya, akan menjadi apa anaknya kelak, bagaimana target pencapaian perkembangan anaknya di usia sekian, dan lain-lain. Membuat target jangka pendek maupun panjang sangatlah penting agar kita memiliki acuan untuk berproses dan mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu, ‘memanah’ dalam konteks mengasuh akan menjadikan hidup anak tidak tersesat di kemudian hari. Yakinlah dengan potensi yang dimiliki buah hati bagaikan anak panah yang akan sampai ke titik sasaran dengan tepat dan gesit. 

Berenang

Berenang merupakan olahraga yang masih diminati banyak orang hingga saat ini. Secara filosofis, olahraga ini memiliki makna tersirat untuk menjadikan pribadi yang kuat dan pantang menyerah. Ibaratnya, ketika ada perenang yang berhenti di tengah lautan maka ia akan tenggelam atau celaka dimakan ikan besar.

Begitu juga dalam konteks mengasuh, jangan sampai orangtua merasa putus asa ketika mengasuh anaknya dengan dalih anaknya terlalu nakal, orangtua yang terlalu sibuk bekerja, dan alasan-alasan lain yang menjadikan hilangnya kewajiban untuk mengasuh anak. Orangtua harus tangguh dan terus bergerak dalam menghantarkan anaknya mulai dari detik kelahirannya hingga ia beranjak dewasa. Ingatlah, orangtua yang baik adalah orangtua yang tidak berdiri di depan anaknya untuk mengatur-atur seenaknya, juga bukan yang berdiri di belakang anaknya untuk mengawasinya saja. Namun orangtua terbaik selalu berdiri di samping anak, mendampingi, mengasihi, dan “menggandeng tangan”nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun