Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Kita Menjadi Anggota "Geng"?

7 April 2018   21:58 Diperbarui: 8 April 2018   14:39 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Geng merupakan sumber informasi yang cukup akurat bagi orang tua tentang hubungan sosial anaknya. Yap, ketika seorang anak tidak berkabar biasanya orang tua langsung menghubungi teman terdekat anaknya, bukan?

3. Geng juga dapat dikatakan sebagai tolak ukur kesan orang lain terhadap diri seseorang. Apabila ada salah satu anggota geng yang berhasil di mata orang lain, maka anggota geng yang lain biasanya akan dipandang sama. Dalam sebuah hadits pun Rasulullah SAW menjelaskan bahwa:

"Permisalan golongan teman yang baik dan buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu banyak wewangian, atau kamu bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, kamu tetap bisa mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak kamu tetap akan mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR Bukhari dan Muslim)

From this point we know that we have to be carefull to making friends. Right?

4. Dalam sebuah geng, seseorang akan lebih mudah untuk mengembangkan potensi dan mengekpresikan dirinya. Karena dengan sesama anggota geng, seseorang cenderung lebih bersikap terbuka. Istilahnya, jadi diri sendiri, gitu. Seseorang juga dapat mencapai kebebasan dalam sebuah geng. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak, atau menemukan identitas diri.

Nah, geng juga memiliki beberapa dampak negatif yang harus diperhatikan lho:

1. Geng akan membuat seseorang cenderung menutup diri bagi orang lain yang bukan merupakan anggota kelompoknya. This is what I dislike. Dari pengalaman pribadi, sedih rasanya melihat sebuah geng yang tidak mau berbaur dengan teman lainnya. Mulai dari berangkat kuliah, makan siang, hingga ber-foto-ria seolah harus senantiasa bersama. Pun jika ada pembagian kelompok tugas dalam suatu kelas, maka seorang anggota geng akan lebih memilih bersama teman se-per-geng-nya.

2. Nah, dampak dari poin pertama yakni barangsiapa yang terlalu "fanatik" menjadi anggota geng, niscaya dia akan membuat sebuah kelas menjadi terpecah belah. Geng akan selalu berusaha mendominasi dan mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan khalayak. Selain itu, geng-geng yang lahir dalam satu kawasan yang sama akan menimbulkan kerusakan di muka bumi... nggak deng. 

Yang jelas this is what I dislike, too. Rupanya selama ini dibalik grup kelas ada beberapa grup bayangan yang hanya beranggotakan beberapa orang. Dan tak jarang terjadi saling ghibah (membicarakan keburukan orang lain) yang dilakukan antar sesama geng di grup bayangan tersebut. True story.

3. Biasanya, seorang anggota geng yang membatasi lingkungan sosialnya dalam suatu kelompok tertentu akan menghambat hubungan sosialnya dengan masyarakat luas. Ya, menurut survei abal-abal, beberapa anggota geng cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan geng-nya untuk bermain, makan, atau sekedar chit-chat dibandingkan bersama dengan orang lain. Hal ini akan menjadi bahaya jika menyebabkan anggota geng tersebut mengalami ketergantungan. Padahal sesungguhnya teman sejati bukanlah anggota geng, melainkan amal ibadah kita. Yah, jadi ceramah...

4. Dalam sebuah geng, sering terjadi pergesekan antar anggota karena salah paham atau masalah perbedaan pendapat. Pertentangan pun juga sering terjadi akibat kecemburuan sosial, perdebatan kecil, dan yang paling sulit untuk diperbaiki adalah kebohongan. Jika masalah dalam sebuah geng sampai pada level expert alias akut, maka perpecahan yang terjadi biasanya lebih parah daripada pertengkaran antar seorang teman biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun