Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bayangan di Atas Cerita

25 Februari 2018   09:42 Diperbarui: 25 Februari 2018   09:57 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki keistimewaan memang bukan keinginan setiap individu, akan tetapi menjadi pilihan ketika sudah menjadi takdir. Hal ini cukup mengacu kepada keterbakatan, kecerdasan atau kelebihan. Akan tetapi, hal ini lebih mengacu kepada kelebihan seseorang. Ya! Kelebihan panca indera yang jarang dimiliki oleh sesorang. Ini berkisar magis atau supranatural.

Pernahkah kita melihat bayangan hitam seperti seseorang yang muncul di dekatmu?. Sekedar melintas atau berdiam diri disudut ruangan. Tentu kita enggan merespon kehadirannya, jika kamu pernah mengalaminya berarti kamu tidak sendiri. Fenomena bayangan hitam tentu sudah tidak asing dan hampir terjadi diseluruh dunia, hingga merasuk sampai cerita-cerita rakyat. Kehadirannya yang cukup buruk atau ramah sekalipun tetap menggelisahkan orang.

Menurut sebagian orang, seorang yang berhadapan dengan sosok ini, waktu yang sering terjadi adalah pada malam hari. Ketika mereka terbaring tidur kemudian tiba-tiba tersadar. Maka tak jarang, orang-orang mendefinisikan fenomena ini sebagai sleep paralysis (ketindihan) erep-erep bagi sebagian orang indoseia menyebutnya. Kemudian, benarkah anak kecil bisa melihat hantu?

Anak-anak memang dikenal memiliki daya imajinasi yang tinggi. Anak-anak juga biasanya kreatif dan menciptakan berbagai hal yang unik yang mereka tuangkan melalui gambar, cerita, hingga bermain peran dengan teman-temannya. Masa anak-anak juga masanya bermain. Tak hanya dengan sesama anak akan tetapi dengan teman imajinasinya pula. 

Ya! Hal ini sudah tidak asing di telinga kita bahkan telah menjadi mitos dan buah bibir masyarakat bahwa anak-anak mampu melihat hantu dan bayangan-bayangan yang ta kasat mata. Anak yang yang mampu melihat lawan ghaibnya tersebut biasanya mereka akan berbicara sendiri, seakan diajak bermain. Lantas benarkah jika anak bisa melihat hantu atau sekedar imajinasinya belaka?

Dari beberapa teori yang pernah saya baca mengatakan bahwa "bayi yangbaru lahir memiliki roh suci yang mampu berinteraksi dengan roh lainnya". walaupun terdengar meragukan dan tak patut diyakini banyak orang tua yang yang sering melihat anaknya seakan melihat seseorang, kemudian tersenyum. Seakan ada yang mengajaknya bermain. 

Apakah hal ini pernah terjadi kepada anak anda?. Dalam teori lain yang melibatkan ilmu biologi juga terdengar masuk akal. "saat bayi, mata kita hanya bisa melihat 380nm spektrum elektromagnetik, yang merupakan gelombang sinar UV dan infra merah. Beberapa ahli meyakini bahwa roh halus bergerak dalam bentuk sinar UV atau infra merah, sehingga manusia dapat melihat makhluk atau bayangan tersebut. Menginjak usia dewasa, mata akan terus berubah. Mata kita melihat pada 400nm-700nm, yang tak memungkinkan kita melihat sinar UV atau infra merah. Oleh karena itu saat usia dewasa kita tak dapat lagi melihat makhluk tak kasat mata".

Sebagian orang meyakini bahwa manusia diberi kelebihan sejak mereka lahir. Saat kecil kita belum terpresepsi mitos atau cerita-cerita dari rakyat bahwa makhluk halus seharusnya tidak kita lihat. Di usia tersebut kita juga belum mempunyai mindset bahwa hantu itu menakutkan. Seiiring pertambahan umur dan perkembangannya tentang mitos tentang hantu, tubuh pun menyesuaikan diri sehingga kita tak lagi mampu melihat hantu. Berbeda dengan anak yang memang diberi kelebihan melihat hal-hal tak kasat mata atau yang sering kita sebut indigo. 

Indigo bisa dimiliki oleh orang dewasa pula. Banyak yang beranggapan bahwa indigo dikaitkan dengan hal-hal mistis atau supranatural bahkan paranormal. Padahal kemampuan mereka asalnya dari daya otak yang mampu bekerja lebih dibandingkan manusia pada umumnya. Hingga pada akhirnya mereka pun bisa memiliki kemampuan seperti telepati.

"wallahu a'lam bishawab"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun