Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Benar Dimaki, Aku Salah Dibenci

30 September 2020   08:48 Diperbarui: 30 September 2020   08:58 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle.kompas.com

Sesimple bukan mengarahkan anak agar bisa menyelesaikan masalahnya?. Amarah bukan menjadi jalan keluar untuk anak ketika berbuat salah.

Jangankan anak kecil, kita yang sudah dewasapun sepertinya tidak akan pernah luput dari yang namanya masalah, baik itu masalah sederhana maupun masalah yang bersifat rumit atau kompleks. Yang membedakannya hanya tingkat kesalahan yang di perbuat. Untuk itu pendampingan dari orang tua sangat di butuhkan ketika anak berbuat kesalahan agar masalahnya dapat terpecahkan.

Menghadapi situasi ketika anak melakukan kesalahan memang sangat menjengkelkan, rasanya ingin memarahi semua yang berada di ruangan itu, namun sebaiknya fikirkan terlebih dahulu dampak yang akan di timbulkan ketika anak selalu mendapatkan perlakuan demikian.

Sebuah studi dari adverse Chilhood  Experiences menerangkan trauma masa kecil, dengan salah satu penyebabnya adalah keluarga yang toxic berdampak kepada kesehatan fisik dan mental anak itu sendiri. Pasalnya stress tersebut dapat muncul akibat perlakuan orang tua yang terlalu menekan sampai akhirnya hormon stress itu meningkat dalam darah dan akan berpotensi mengubah kemampuan kognitif anak, bukan hanya itu saja hal ini akan menghambat emosional anak dan menjadikan akan merasa sulit ketika di hadapkan dengan situasi, sehingga daya tahan tubuhnya pun akan menurun seiring berjalannya waktu.

Diam itu emas, tetapi jika sebagai anak terus diam mendapatkan perlakuan yang toxic itu salah. Selalu menyimpan setiap perlakuan-perlakuan tidak mengenakkan akan menyiksa diri sendiri, alangkah baiknya ketika kita mulai menyadari bahwasannya terjebak di dalam keluarga yang toxic langsung di bicarakan sampai akhirnya menunjukkan titik terang.

Bahaya keluarga Toxic tidak hanya berhenti sampai disitu. Keluarga toxic bisa saja menjadi racun yang akan di taruh di kehidupan keluarga anaknya kelak, berlaku sama seperti apa yang orang tua lakukannya dulu kepadanya karena sudah terdoktrin bahwasannya cara memperlakukan anak yang benar adalah cara yang dilakukan orang tua dulu kepadanya.

Sampai detik ini Toxic Family masih menjadi sebuah drama yang berkepanjangan karena di anggap wajar padahal? Tidak wajar sama sekali.

Selamat berakitivitas, dan semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun