Tadi sore pukul empat, seperti hari-hari sebelumnya, asmaul husna mengudara dari Masjid Perumahan Tambakrejo Asri. Melintasi sela-sela tembok dan ranting-ranting pohon mangga, melawan bising knalpot kendaraan di jalan raya. Menyelinap di gang sempit hingga beberapa meter jauhnya dan terdengar sayup dalam telinga.
Setelah sepuluh menit jalan kaki menuju kesana, saya merasa lega sebab melihat ibu-ibu majelis sudah hadir dan siap ngaji bersama. Beberapa saling simak bacaan. Ada yang terlihat khusyu' mencatat entah apa. Ada juga yang mendaras kitab jilid, bersandar di tiang-tiang masjid sambil memangku putri kecilnya.
Tidak lama, Ustadz Irfanu datang. Ia tampak letih meski aura yang ia pancarkan selalu positif. Ibu-ibu menyambutnya dengan baik, duduk dengan formasi setengah lingkaran seolah mengepung dan tidak rela membiarkan keterangan dalam kajian yang ditunggu-tunggu itu lari jauh dari majlis.
Ustadz Irfanu memulai kajian dengan penjelasan bahwa agama adalah syari'at yang membawa kita kepada an-najah, atau kesuksesan hakiki. "Setiap hal dalam hidup ini pasti memiliki aturan. Tanpa aturan, segala sesuatu akan rusak," ujarnya.
Ia memberikan contoh sederhana . "Seperti kendaraan. Tentu memerlukan bahan bakar yang sesuai agar dapat berfungsi dengan baik. Tanpa itu, kendaraan tidak akan berjalan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ustadz Irfanu menjelaskan bahwa salah satu aturan yang sangat penting dalam belajar adalah keikhlasan. Dalam kitab Tadzkirotussami', ia menekankan bahwa belajar tanpa keikhlasan berpotensi menjadikan ilmu tersebut tidak berkah. "Baik murid maupun guru harus sama-sama ikhlas, menghindari kepentingan lain, dan mengharapkan ridha Allah," tambahnya.
Ustadz Irfanu memberikan tamsil yang menarik untuk menggambarkan keikhlasan. Ia membandingkannya dengan tukang tambal ban yang terlebih dahulu membersihkan ban dalam sebelum menambal. "Apakah mungkin ban yang kotor bisa menempel dengan baik? Begitu juga hubungan antara kiai dan santri, guru dan murid. Jika keduanya tidak ikhlas dan bersih dari kepentingan, maka ilmu yang disampaikan tidak akan menempel dengan sempurna, tidak akan bermanfaat," jelasnya.
Terlepas dari itu, Ustadz Irfanu memberikan warning bahwa ikhlas ini memang sulit. Tetapi bisa kita usahakan. Ia menambahkan, "sampai ada satu keterangan yang mengatakan: kalau saja orang yang belajar ilmu agama disyaratkan harus ikhlas dalam niatnya, sedangkan mencari ilmu agama itu sangat sulit, maka banyak dari mereka tidak akan memperoleh ilmu."
"Kita upayakan pelan-pelan. Dan salah satu cara agar kita bisa ikhlas adalah dengan belajar dari guru-guru kita, kyai-kyai kita, tentang keikhlasan yang beliau lakukan. Salah satu tanda ikhlas dalam beramal adalah istiqomah." sambungnya
Ia juga menegaskan bahwa seharusnya guru itu menganjurkan atau mendorong orang-orang yang sedang belajar untuk ikhlas dalam niatnya.