Mohon tunggu...
Afeef Ahmad
Afeef Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mempunyai hobi dalam seni, hiburan, serta olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Fenomena viral dan budaya cancel culture di Media sosial " Antara kritik dan penghakiman"

13 Juni 2025   22:17 Diperbarui: 13 Juni 2025   22:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

Di era serba digital, media sosial sudah mendarah daging di kehidupan sehari-hari. Pasalnya, hampir seluruh manusia menggunakan media sosial entah itu Facebook, Youtube, instagram, LinkedIn, Tiktok, dan lain sebagainya. 

Hal apapun bisa menyebar dengan cepat mulai dari konten video lucu, Edukasi, pelajaran, Informasi bahkan sampai video kontroversi. Fenomena ini menjadi hal bisa di media sosial, seseorang akan sangat terkenal entah dari karya, dedikasi, edukasi, pendapat, pembelaan atau bahkan kesalahan kecil sekalipun akan membuat sesorang terkenal jika tertangkap kamera. 

Dibalik ramainya jagat maya, ada budaya yang sangat tumbuh cepat di media sosial yaitu cancel culture. Dimana sudah menjadi kebiasaan jika seseorang yang dianggap salah dalam berbicara atau melakukan tindakan akan langsung dihakimi karena dianggap salah. 

Jika seseorang atau publik figur ingin menjadi viral, Fenomena itu bisa terjadi entah karena hal sepele. Contohnya, seorang publik figur sedang berbicara dengan gaya bahasa yang kurang pas tanpa berfikir panjang, lalu video nya tersebar luas di jagat maya. Dalam beberapa jam ia sudah menjadi bahan omong netizen di platform platform media sosial entah itu di Facebook, Instagram, Tiktok, Twitter, atau bahkan di fitur Grup Whatsapp pun kerap kali terjadi. 

Cancle culture datang sebagai bentuk rasa tanggung jawab sosial. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk menegur orang yang membuat konten kesalahan, terutama orang yang berpengaruh ataupun seorang publik figur. Seiring berjalan waktu, budaya tersebut menjadi budaya yang menyimpang bahkan menjadi ajang saling serang. 

Banyak orang yang membuat kesalahan dalan menggunakan media sosial, tetapi ia langsung dihujat oleh netizen hingga dibully. Bahkan, ada yang sudah membuat konten klarifikasi dan meminta maaf, namun tetap saja dibully. Ini menjadikan pertanyaan, apakah budaya itu sebuah penghakiman atau sebuah kritikan?Apakah budaya tersebut dapat menyelesaikan masalah atau hanya memperkeruh keaadaan? 

Sebagai bentuk sikap yang kritis, memang kita sangat mempunyai hak yang besar dalam menyuarakan pendapat atau kritikan di media sosial. Tapi coba kita lihat dibalik layar, ada seseorang yang hatinya terluka, bahkan mentalnya down. Netizen perlu belajar mana yang harus di kritik mana yang harus Disikapi. Bukan lagi soal cancel culture namun ini soal kemanusiaan, ada orang yang di kritik namun anggapan nya adalah sebuah penghakiman. 

Orang yang berbuat salah tidak seharusnya terus disalah-salahkan, namun kita perlu menggandeng orang tersebut menjadi lebih baik, jangan pernah merasa paling benar, karena jika anda merasa paling benar, kebenaran tersebut adalah kesalahan yang paling besar. 

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang sangat besar di media sosial. Namun, kekuatan tersebut harus muncul dengan tanggung jawab. 

Sebelum kita terjun dalam menghujat, menghakimi, atau bahkan membully seseorang yang berbuat kesalahan alangkah baiknya untuk berfikir dua kali, coba rasakan itu terjadi pada diri anda, apakah anda akan menerima? Kemudian, apakah tindakan itu akanmenjadikan masalah cepat selesai atau hanya memperkeruh suasana sehingga menambah luka? 

Ayo gunakan media sosial dengan bijak, media sosial mempunya pengaruh yang besar jika kita menggunakanya dengan bijak. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun