Contohnya perkataan "ambyar", "slebor" dan "yoman", perkataan ini dilahirkan oleh anak-anak milenial dan generasi z sebagai lambang satu pengalaman tertentu yang pernah mereka alami. Inilah sebabnya bahasa terus berkembang setiap harinya, sebab pengalaman dan pemikiran manusia yang juga turut berkembang.
Maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia dan bahasa memiliki relasi yang begitu kuat. Tidak jarang juga begitu bahasa ditumpahkan di atas kertas dan dirajut menjadi sebuah kalimat sering terjadi kekacauan pemahaman. Tetapi wajar saja, karena teks itu diam, manusia berpikir, otak bernalar, itu semua bekerja sebagai satu kesatuan dalam tradisi intelektual. Sehingga tidak jarang juga melahirkan pula silang pendapat dan berakhir di atas meja debat.
Memeras dari seluruh argumentasi di atas, penulis mengajak para pembaca untuk senantiasa perbanyak literasi bacaan dalam bidang apapun, sebab dari suatu yang remehlah biasanya tersingkap suatu rahasia yang dahsyat.
Di dalam buku yang sama, Ludwig Wittgenstein mengungkapkan sebuah pernyataan, "Die Grenzen meiner Sprache bedeuten die Grenzen meiner Welt." (Batas bahasaku adalah batas duniaku). Maka benarlah lirik nyanyian Ritta Sugiarto yang telah dipaparkan di awal pembahasan singkat mengenai manusia dan bahasa ini.