Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Anak Bajang, Museum Anak Bajang: Omah Petroek, Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman

28 September 2021   17:59 Diperbarui: 28 September 2021   18:01 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival Anak Bajang

Festival Anak Bajang bertujuan menghadirkan harapan. Pertama, porakporandanya infrastruktur sosial, kesehatan dan ekonomi akibat pandemi, bukanlah akhir dari kehidupan. 

Kedua, ambruknya sistem kekebalan tubuh manusia karena virus corona, justru menantang sistem kekebalan yang lebih kuat.

Festival Anak Bajang mau menegaskan bahwa di balik bencana pandemi, ada simpul-simpul baru kehidupan. Ada solidaritas dan kejenakaan yang tumbuh sebagai kunci untuk keluar dari semua persoalan.

"Anak Bajang"---sosok pewayangan yang menjadi tokoh dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin (1981)---sangat tepat disebut sebagai representasi buruk-rupanya dunia saat ini. Dunia yang ditelanjangi pandemi, tetapi sekaligus dunia yang penuh harapan akan solidaritas menuju keceriaan baru.

"Anak Bajang" adalah gambaran dunia yang buruk rupa, tetapi penuh harapan. Meskipun disingkirkan dan diabaikan karena buruk-rupanya, Anak Bajang menghadirkan keceriaan di tengah situasi putus asa. 

Anak Bajang selalu berikhtiar mencapai kesempurnaan. Pandemi COVID-19 telah menampakkan wajah dunia yang buruk-rupa itu.

Namun di tengah serba buruknya dunia akibat pandemi, berkembang harapan. Harapan akan kesembuhan dan kesehatan; harapan akan solidaritas untuk kehidupan yang lebih baik. Festival Anak Bajang mau mengusung pengharapan itu.

Festival Anak Bajang mengolah 3 pesan pokok, yaitu:

1. Akibat pandemi, banyak orang kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan. Di antara yang paling terdampak pandemi adalah para seniman dan pekerja budaya. Mereka kehilangan ruang ekspresi. 

Festival Anak Bajang membuka kembali harapan akan ruang ekspresi bagi para seniman dan pekerja budaya, meskipun masih sangat terbatas akibat pembatasan protokol kesehatan (PPKM).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun