Mohon tunggu...
adriandanuw
adriandanuw Mohon Tunggu... Seorang manusia biasa yang menulis dengan niat yang biasa biasa saja

Seorang manusia biasa yang menulis dengan niat sederhana, tanpa pretensi besar, hanya berbagi pemikiran dan cerita sesuai alur yang mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Estafet Kepemimpinan Gereja Katholik sebagai Institusi yang Peduli.

9 Mei 2025   17:18 Diperbarui: 9 Mei 2025   17:18 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imam Besar Nasaruddin Umar mencium Paus Fransiskus usai kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal (INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/D.FERNANDO)

Paus Fransiskus dengan style-nya yang penuh dengan kasih dan kenekadan moral telah meninggalkan warisan sosial budaya yang siap diestafetkan kepada Paus Leo XIV. Kepemimpinannya menghidupkan kembali semangat menyerukan berita gembira Gereja yang berpihak pada kaum kecil dengan menjembatani jurang budaya dan tren masa kini, dengan menghadirkan suara kenabian dalam menghadapi krisis zaman modern.

Perbandingan Paus Leo XIV dan Paus Fransiskus dalam Konteks Sosial-Budaya.

Paus Leo XIV dan Paus Fransiskus lahir dari konteks sosial yang berbeda namun memiliki kesamaan buah pikir. Dimana keduanya mengangkat wajah Gereja yang berpihak kepada mereka yang terpinggirkan. Kedua paus ini berkomitmen kuat terhadap kaum miskin dan imigran serta lingkungan hidup. Boleh di bilang Paus Leo XIV merupakan pendukung Paus Fransiskus. Mereka melihat keadilan sosial bukan sebagai agenda tambahan tapi ini kehadiran Gereja Katholik yang mampu merangkul umatnya yang betul betul membutuhkan. Paus Fransiskus hadir dan mengarahkan Gereja Katholik secara global pada isu makro seperti krisis iklim, ketimpangan sosial, dan migrasi massal. Paus Fransiskus benar benar berani mengkritik sistem pada kancah internasional secara terang-terangan dan membangun koalisi lintas agama serta kelompok masyarakat sipil untuk memperkuat suara.

Meskipun belum lama baru saja menjadi paus, Paus Leo XIV mewarisi semangat itu dengan penekanan yang lebih membumi dan me-lokal. Dimana ia mengembangkan pendekatan gereja yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan komunitas kecil dari komunits lokal di Peru sewaktu ia menjadi seorang uskup setempat. Fokus Leo XIV adalah lebih ke pendampingan akar rumput dan reformasi sosial berbasis relasi personal serta solidaritas langsung.

Perbedaaan Gaya Kepemimpinan.

Paus Fransiskus mampu mengkomunikasikan secara luas dan global. Ia betul-betul aktif menggunakan platform internasional untuk mengkampanyerkan perubahan sosial dan membentuk opini publik dunia. Bagaimana ia menyampaikan pesan dengan gaya simbolis yang sangat kuat, seperti ia datang ke Masjid Istiqlal Jakarta, dan termasuk datang ke beberapa negara dunia ketiga lainnya. 

Leo XIV terkenal secara kontemplatif, dimana ia bekerja dalam keheningan dan secara intrapersonal. Dimana ia menyukai proses dialog dan membangun kepercayaan di tengah komunitas yang rapuh. Mungkin Leo XIV tidak mengikuti cara komunikasi Fransiskus secara global dan vokal, tapi ia mampu membangun kepercayaan di tingkatan akar rumput. Hal tersebut terbukti bagaimana sebelum menjadi paus, Leo XIV secara terang terangan mengkritik pemerintah Amerika Serikat, terkhusus Donald Trump dan JD Vance.

Penekanan Budaya Lokal dan Inklusivitas.

Paus Fransiskus mampu meletakkan dasar penting bagi penghargaan terhadap budaya lokal, terutama Sinode Amazon. Ia membuka diskusi di komunitas lokal dan peran awam dalam budaya masing-masing. Sedangkan Leo XIV yang pernah memimpin keuskupan di wilayah budaya yang terbilang homogen menerapkan inklusivitas bukan hanya sebagai wacana teologis namun sebagai bentuk pelayanan sehari-hari. Ia mengintegrasikan bahasa, simbol dan praktik budaya dalam liturgi dan pendidikan Gereja Katholik.

Warisan dan Arah Lanjutan.

Paus Fransiskus mewariskan Gereja Katholik dengan pemikiran teologi sosial yang mengakar, dengan bumbu lingkungan hidup, serta struktur gerejawi yang sangat terbuka terhadap dialog dan inklusivitas. Leo XIV mempunyai beban berat dimana ia melanjutkan, menyempurnakan, dan mampu membawakan topik kampanye yang diserukan oleh Paus Fransiskus. Bukan berarti tidak boleh membawakan isu tersendiri, tapi bagaimana Leo XIV mampu membawakan topik yang diwariskan dari Fransiskus dan mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun