Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

4 Tips Menghadapi Resesi Ekonomi

24 September 2020   10:44 Diperbarui: 24 September 2020   20:02 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: latar foto dari sindonews.com dan diolah oleh penulis

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara tersirat menyatakan bahwa Indonesia telah masuk pada jurang resesi ekonomi. Sri Mulyani memilih untuk tidak menggunakan kata-kata resesi namun negative territory dalam konferensi pers virtualnya pada Selasa (22/09/2020)

"Kementerian Keuangan melakukan revisi forecast pada bulan September ini, yang sebelumnya kita perkirakan untuk tahun ini adalah -1,1% hingga positif 0,2%. Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah kisaran -1,7% sampai -0,6%. Ini artinya, negatif territory kemungkinan akan terjadi pada kuartal III dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal ke IV yang kita upayakan bisa dekat 0% atau positif", ungkap Sri Mulyani

Dari ramalan yang diungkap Sri Mulyani jika benar kuartal III ini kita masih negatif -1,1 sampai -0.6% pertumbuhannya maka telah memenuhi syarat utama dinyatakan resesi ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut dan Indonesaia pada kuartal sebelumnya Indonesia juga sudah mengalami pertumbuhan -5.32%.

Belum lagi melihat meningkatnya jumlah pengangguran yang meningkat serta daya beli masyarakat yang turun di masa pandemi ini.

Pertumbuhan ekonomi identik juga dengan unsur perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara yang ditunjang oleh berbagai faktor semisal konsumsi rumah tangga, konsumi pemerintah, ekspor dan impor. Dan kesemua faktor tersebut mengalami kontraksi yang cukup dalam juga.

Masih dari outlook yang disampaikan Sri Mulyani juga untuk kuartal II tahun 2020 ini dinyatakan bahwa konsumsi rumah tangga minus 3% sampai minus -1,5%, konsumsi pemerintah: positif 9,8%-17%, investasi: kontraksi -8,5% sampai -6,6%, ekspor: kontraksi -13,9% sampai -8,7%, dan impor: kontraksi -26,8% sampai -16%.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020. Sumber: Instagram Tempo.co
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020. Sumber: Instagram Tempo.co
Angka-angka tadi sebenarnya tidak berbeda jauh dari ramalan OECD, IMF, Bank Dunia dan masih lebih baik dibanding negara-negara G-20 lainnya yang bahkan terjebak pada angka negatif belasan sampai puluhan persen,

Namun sebagai masyarakat kita tentu bertanya-tanya bagaimana cara menyikapi ketika resesi ekonomi terjadi apalagi kita sudah merasakan sendiri dampaknya baik secara langsung maupun tidak langsung dimulai dari harga-harga kebutuhan pokok yang naik, lapangan pekerjaan yang sulit bahkan yang dirumahkan dan lain sebagainya.

Berikut empat tips yang mungkin bisa kita terapkan dalam menghadapi resesi ekonomi saat ini.

Ilustrasi. Sumber: thesmallbusinesssite.co.za
Ilustrasi. Sumber: thesmallbusinesssite.co.za
Pertama adalah Jangan Panik.

Sangat penting dalam setiap keadaan genting ataupun kritis untuk tidak panik dan melakukan kegiatan berdasarkan perasaan dan asumsi semata.

Di masa resesi ekonomi ini banyak pihak yang merasakan dampaknya secara langsung maupun tidak langsung.

Ada beberapa orang yang harus diistirahatkan di rumah kehilangan pekerjaan utamanya. Ada juga kehilangan pendapatannya karena karena kurangnya pengunjung toko dan usahanya bahkan sampai menutup usahanya.

Jika kita tidak bersabar dan menggunakan akal sehat bisa jadi kepanikan bisa melanda kita dan membuat kita melakukan tindakan-tindak yang diluar nalar dan dapat merugikan kita dan orang lain. Semisal kita menjadi lebih emosional dan bisa berdampak tidak baik bagi orang terdekat kita.

Bagi sebagian pihak juga mungkin mereka akan melakukan panic buying dengan membeli barang-barang kebutuhan dalam partai besar untuk ditumpuk dan ditimbun.

Dampaknya, menyebabkan kelangkaan barang-barang tertentu hanya karena menganggap akan terjadi kondisi seperti kriris moneter tahun 1998 di mana harga-harga meroket seiring inflasi yang mencapai ribuan persen sehingga Kedua Buat Skala Prioritas.

Padahal kondisi saat ini tidak semengerikan seperti krisis moneter 1998 dan Indonesia masih dalam kategori cukup tangguh menghadapi resesi ekonomi ini dibandingkan negara-negara G-20 lainnya yang menderita sampai belasan bahkan puluhan persen negatifnya.

Kata yang lebih tepat untuk menyikapi keadaan saat ini adalah waspada dengan cara mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki untuk dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin berdasarkan prioritas kebutuhan kita.

Ilustrasi. Sumber: jagad.id
Ilustrasi. Sumber: jagad.id
Kedua adalah Buat Skala Prioritas

Di masa sulit sekarang yang bisa saja mengurangi penghasilan atau bahkan meningkatkan harga kebutuhan kita harus berpikir dengan orientasi jangka panjang.

Dalam masa prihatin saat ini mengenyampingkan kebutuhan tersier bahkan sekunder perlu kita pikirkan. Namun terkadang kita masih sulit untuk memisahkan mana yang menjadi kebutuhan dasar atau primer, sekunder dan tersier atau mewah.

Ada tips yang bisa kita terapkan dalam memilah dan memilih daftar kebutuhan kita. Dalam dunia decision making atau pembuatan keputusan kita mengenal istilah musts and wants. 

Dimana yang termasuk kategori must adalah kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat ditunda dan jika ditunda dapat berdampak besar bagi kita semisal adalah bahan pokok makanan di rumah, dimana ketika kita tidak dapat memenuhi bahan pokok makanan semisal sembako seperti beras, minyak goreng, garam, gula, sayur mayur dan sebagainya maka akan berkonsekunesi besar bagi kesehatan kita lebih-lebih di masa pandemi saat ini yang menuntut kita untuk mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi guna menjaga daya tahan tubuh kita.

Sedangkan wants adalah daftar kebutuhan kita yang tidak mendesak dan mungkin saja penting namun tidak harus dipenuhi saat ini juga semisal membeli pakaian baru, bisa jadi kita butuh namun tidak mendesak untuk kita penuhi.

Untuk daftar kebutuhan ini sendiri kita juga perlu membandingkannya satu sama lain untuk melihat skala prioritasnya.

Semisal, apakah membeli kendaraan baru lebih penting dari membeli kebutuhan alat masak yang sudah tua? Atau membeli stok masker kain yang kelima lebih penting dibanding membeli pakaian baru? Ataukah mereka bisa ditunda untuk beberapa waktu atau bahkan tidak untuk dibeli sama sekali? Ataukah lebih penting untuk menyiapkan dana darurat untuk saat ini?

Ilustrasi. Sumber: cekaja.com
Ilustrasi. Sumber: cekaja.com
Ketiga Optimalkan Dana Darurat.

Dana darurat adalah dana yang telah kita persiapkan untuk memenuhi keadaan darurat semisal ada kejadian dan momen yang mengharuskan kita mengeluarkan dan berlebih.

Di masa pandemi kali ini jika kita masih bekerja maka ada baiknya menyiapkan dana darurat lebih banyak dari biasanya dengan menyisihkan dari penghasilan kita dan mengorbankan kebutuhan sekunder dan tersier kita.

Jika sebagian orang menilai dana darurat dengan hitungan 3 kali kebutuhan bulanan maka di masa riskan saat ini ada baiknya menggandakannya semisal 6 kali kebutuhan bulanan. Sehingga jika sesuatu terjadi semisal kita diistirahatkan dari tempat kerja kita maka selain pesangon kita masih memiliki dana darurat yang dapat kita pakai untuk membuat usaha baru misalnya atau memenuhi kebutuhan selama pencarian lowongan kerja baru.

Disarankan juga dana darurat adalah dana yang likuiditasnya tinggi dan mudah kita cairkan sewaktu-waktu bentuk uang cash atau tabungan di bank yang dapat kita ambil setiap saat adalah yang terbaik, namun opsi seperti emas atau perhiasaan yang mudah kita jual juga bisa menjadi pilihan lainnya.

Mengalihkan dana darurat dalam bentuk saham ataupun reksadana yang berjangka waktu tertentu dan tidak semudah itu dicairkan apalagi dengan pertofolio risiko tinggi perlu untuk dihindari di masa dengan ketidakpastian tinggi seperti saat ini.

Ilustrasi. Sumber: hei-kamu.blogspot.com
Ilustrasi. Sumber: hei-kamu.blogspot.com
Terakhir adalah Mencari Penghasilan Sampingan

Di masa pandemi ini tentu banyak dari rekan dan kenalan kita yang justru semakin kreatif dalam mencari penghasilan semisal menjual makanan khas rumahan, menjual penganan khas nusantara, menjual berbagai pernak Pernik rumah, menjual tanaman, bahkan menjual kebutuhan sehari-hari.

Mereka juga banyak memanfaatkan media sosial dengan jejaring pertemanana yang mereka miliki.

Beberpa rekan saya bahkan semakin sukses dan melebarkan usahanya ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Ada juga yang mengasah kreativitas dan potensi dalam dirinya untuk dijadikan uang semisal saya sendiri yang berhasil membuat beberapa buku lalu saya jual dengan penghasilan dari fee sebagai penulis.

Di samping itu juga saya semakin rajin menulis artikel di berbagi platform termasuk Kompasiana ini yang lumayan dapat menambah pemasukan melalui K-Rewardsnya.

Ada juga rekan saya yang membuat kanal Youtube dengan menampilkan berbagai video perjalanan dan kegiatan dia sehari-hari dan sekarang subscribernya sudah ribuan dan bahkan bisa mendapatkan monetisasi dari Youtube.

Terkadang kegentingan dan kesempitan membuat sisi kreatif seseorang semakin terasah dan tidak jarang bisa menghasilkan uang.

Dengan adanya penghasilan sampingan setidaknya menambah dana cadangan kita dan sokongan finansial kita ketika bonus ataupun kenaikan gaji ditiadakan atau bahkan kehilangan pekerjaan.

Tidak perlu gengsi dan malu untuk mencari penghasilan sampingan di masa sulit seperti saat ini. Siapa tahu di masa mendatang justru hal tersebut  jika kita terus seriusi dan jalani bisa menjadi penghasilan utama kita.

Akhir kata semoga beberapa tips diatas dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi kita semua dalam menghadapi resesi ekonomi saat ini. 

Jangan pernah menyerah karena di setiap kesempitan ada kelapangan bahkan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun