Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Narasi Anti-Kritik Setelah Pemadaman Listrik

7 Agustus 2019   12:40 Diperbarui: 8 Agustus 2019   13:25 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

STOP PLAYING VICTIM!

Narasi berjuang dan menderita dan terjebak dalam lubang aniaya hanya akan menggiring narasi baru dan perspektif baru dari sisi pelanggan terhadap perusahaan. Pelanggan tahu bagaimana perjuangan dan perbaikan yang dilakukan di lapangan oleh petugas-petugas yang berdedikasi. Tidak perlu pribadi-pribadi lainnya mengaku-ngaku atas kinerja mereka. Masyarakat tahu! Tidak perlu bercerita kesana kemari. 

Sekarang pertanyaannya apakah manajemen di atasnya dan organisasi secara umum MENGAKUI kesalahan dan kekurangannya? Things to stop, things to do, dan things to improve-nya? Apa PERBAIKAN dan STRATEGI yang akan dilakukan selanjutnya? Apa komitmen yang bisa disampikan kepada pelanggannya?

Apa mungkin selama ini organisasi terbuai karena posisi tawar yang lebih tinggi? Atau mungkin karena ranah monopoli yang tidak mungkin dipungkiri?

Kejadian pemadaman kemarin harusnya menjadi momentum bagi PLN untuk terus berinovasi dan memperbaiki diri. 

Pelanggan tidak perlu diberikan pembelaan diri, karena toh secara tidak langsung dengan mekanisme pembayaran ganti rugi yang sudah ditetapkan PLN maka PLN mengakui secara tidak langsung bahwa pemadaman bukan karena sebab Kahar sesuai dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2017 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). 

Tidak hanya PLN seluruh BUMN serta penguasa pasar monopoli pun harus mulai mengevaluasi diri, bahwa menjadi besar dengan posisi tawar yang tinggi belum tentu menjadi kunci untuk bertahan dan meningkatkan profit.

Organization life cycle. Sumber: omicsonline.org
Organization life cycle. Sumber: omicsonline.org
Teringat dulu dalam sebuah mata kuliah business strategy dalam pembahasan organization life cycle ada ungkapan singkat INNOVATE OR DIE. Inovasi adalah kunci untuk melanggengkan bahkan meningkatkan kinerja dan keuntungan dari sebuha perusahaan. 

Sebuah perusahaan di pasar apapun itu termasuk monopoli haruslah terus melakukan inovasi. Dan inovasi tersebut haruslah juga didasari oleh peningkatan pelayanan terhadap konsumen. Dan di dalam mencapai sebuah inovasi, kritik yang membangun adalah sebuah pelecut yang efektif untuk meningkatkan posisi perusahaan di sebuah pasar.

Best Practice di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dibawah komando Pak Jonan sepertinya bisa menjadi permodelan di Indonesia khususnya BUMN. Mereka memiliki semua kriteria untuk jemawa sebagai pemegang monopoli perkeretaapian di Indonesia. Namun, coba lihat bagaimana ketika mereka terbuai dengan statusnyA. Betapa semerawutnya kereta api zaman sebelum Pak Jonan. 

Para penjual makanan lalu lalang dengan seenaknya, penumpang gelap silih berganti naik naik ke atap sampai mengorbankan nyawa. Keluhan penumpang lainnnya silih berganti datang tak terbendung, namun nampaknya manajemen tak berkutik bahkan tutup mata. Mungkin pola pikirnya mengapa saya pusingkan masalah kualitas pelayanan toh masyarakat akan tetap butuh kami yang menjadi satu-satunya pengelola. Di sisi lain mereka lupa suatu saat hal tersebut akan menjadi bom waktu bagi mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun