Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ah, Sudahlah Aku Bagian Populasi Kartono, Bukan Kartini

22 April 2019   17:42 Diperbarui: 22 April 2019   18:10 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pejuang Literasi, Sumber: Dokumen Pribadi

Aku sering bingung mengapa Hari Kartini harus selalu dikaitkan dengan kebaya dan sanggul lalu diadu dalam sebuah kompetisi?
Memilih yang paling mirip Kartini?

Tapi aku pikir kita tidak perlu selalu bekutat dalam menjadi siapa yang lebih mirip Kartini ataupun siapa yang lebih Kartini

Aku pikir Ibu Kartini akan lebih bangga jika setiap pribadi menjadi diri sendiri

Namun, mengamalkan nilai-nilai perjuangan yang dirintisnya agar tetap lestari

Jujur aku tidak terkesima pada mereka yang mengklaim sebagai "Kartini Masa Kini", namun abai sebagai Ibu sekaligus Anak dan Istri

Aku merasa biasa saja kepada mereka yang merasa "paling kartini" hanya karena bersolek dan berposisi tinggi, namun tidak pernah ikut serta membangun keluarga, masyarakat, dan lingkungan sendiri

Aku lebih kagum kepada mereka perempuan yang berjuang keras membersihkan jalanan ibukota setiap pagi, hanya demi makan dan pendidikan anak-anaknya terpenuhi

Aku angkat topi kepada adik-adik perempuan kami yang selalu berjuang memperkaya khazanah keilmuannya sejak dini meski harus ke sekolah tanpa alas kaki, meski kerap tidak sarapan pagi, dan meski pula tidak dilengkapi fasilitas yang memadai

Aku harus merendah diri di hadapan para Ibu yang setiap hari dengan tulus dan ikhlas menyiapkan sarapan pagi, menyapu sana-sini, belum memandikan anaknya lagi, bahkan dia sampai lupa untuk mengurus diri sendiri; jika sakit dia berusaha membohongi diri sendiri dengan alasan semua dilakukan pakai hati

Namun, aku tidak menafikkan masih banyak perempuan-perempuan tangguh di negeri ini yang berjuang dengan jalannya sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun