Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hutan Pinus Pengger Yogyakarta, Sang "Pencuri" Perhatian

7 Mei 2017   22:59 Diperbarui: 7 Mei 2017   23:18 3114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Suasana asri dan alami hutan Pinus Pengger

Salah satu selera traveling saya adalah “back to dusun”. Traveling yang bertujuan menikmati suasana desa yang masih alami dan asri. Jauh dari hinggar binggar kota terlebih macam Jakarta. Menikmati dusun yang sederhana dan memberikan kenyamanan. Mungkin karena karena melewati masa kecil di desa. Jadilah traveling yang membawa ke alam nostalgia menjadi lebih bersemangat, bergairah, ketimbang menikmati gemerlap kota-kota besar. Ya faktor selera saja.

Traveling kali ini di Yogyakarta mengobati rasa kangen suasana dusun. Hanya saja kali ini bukan suasana desa yang aku jumpai. Sebuah spot alam yang masih alami.

Tujuan awal adalah hutan Pinus Mangunan. Sudah semakin terkenal. Terbukti hari Minggu pagi itu terlihat ramai. Puas foto-foto, pasangan ku kasak-kusuk mencari informasi ada spot apa lagi yang dekat Mangunan. Mendapat informasi salah satunya adalah Hutan Pinus Pengger.

Dokumen pribadi. Selamat datang di hutan Pinus Pengger
Dokumen pribadi. Selamat datang di hutan Pinus Pengger
Wah baru dengar ya. Dimana tuch? Ternyata berjarak Cuma 15 menit dengan kendaraan pribadi dari Mangunan. Oke. Tanpa ragu segera kami kesana. Sebelumnya kami mampir ke Puncak Becici.

Secara administratif termasuk Dusun Sendangsari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Berjarak kurang lebih 25 kilometer dari kota Yogyakarta. Jika menggunakan mobil pribadi butuh sekitar 1 jam tiba di lokasi. Aman jika menggunakan motor sejauh tidak hujan. Jalan beraspal mulus.

Kenapa ke sini?

Setiap traveler pasti punya selera dan pilihan memilih, menentukan, spot wisata yang diminati. Khusus di Hutan Pinus Pengger lebih cocok untuk mereka yang menyukai alam. Buang dulu bayangan hutan yang ngeri, angker, banyak penampakan. Di sini tidak begitu. Justru kita akan dimanjakan suasana yang berbeda.

Dokumen Pribadi. Tangga Pohon salah satu spot selvie yang di tawarkan
Dokumen Pribadi. Tangga Pohon salah satu spot selvie yang di tawarkan
Pinus Pengger resminya di buka tanggal 7 April 2016. Termasuk “anak-anak” di banding spot wisata lain di Yogyakarta. Di kelola oleh warga lokal. Saat ini belum ada pungutan tiket masuk. Cukup membayar parkir mobil 10 ribu, motor 5 ribu saja. Sangat mungkin di kemudian hari akan di kenakan tarif masuk. Pun di berlakukan begitu rasanya tidak akan mahal.

Hutan yang masih alami, asri karena tertata rapi, seakan ingin mengucapkan selamat datang kepada setiap pengunjung. Tidak ada pemandu yang menemani kita selama berada di kawasan ini. Rasanya tidak perlu juga sich. Karena di jamin tidak akan tersesat selama sightseeing disini. Tapi jika butuh di temani, yang barangkali kita datang sendiri (solo traveler), pengelola setempat tidak menolak. Yang penting di kasih tips yang wajar saja.

Lebih ke dalam, kita akan merasakan suasana yang lebih teduh dan nyaman. Jauh dari hiruk pikuk. Bagi saya ini yang saya cari. Berada disini seakan ingin “balas dendam” dengan kesuntukan, kejemuan selama berada di belantara hutan beton Jakarta.

Dokumen Pribadi. Tangga Cinta. Spot romantis yang di sukai pasangan muda-mudi, lanjut usia
Dokumen Pribadi. Tangga Cinta. Spot romantis yang di sukai pasangan muda-mudi, lanjut usia
Sudah ada jalan kecil yang tertata sederhana. Meski menanjak di jamin ngga perlu ngos-ngos-an terutama yang sehari-hari kurang olah raga lebih banyak di belakang meja termasuk saya ini. Trekking kecil selama di kawasan ini sangat mengasyikkan.

Cuma itu saja? Tentu saja tidak. Yakin kita tidak akan segera meninggalkan spot ini jika battery ponsel atau kamera dan memori dalam kondisi full. Ternyata ada banyak spot selvie yang menarik. Ini juga yang di gandrungi muda-mudi datang ke sini. Puas-puas-in ber-selvie ria, lalu sharing di medsos. Hasilnya....”wuiiiihhh....dimana ini...cakep banget”. Mendapat respon begitu pasti seneng dan makin semangat. Seneng bikin orang penasaran.

Dokumen Pribadi. di sarang burung
Dokumen Pribadi. di sarang burung
Dokumen pribadi. Bermain bersama hammock
Dokumen pribadi. Bermain bersama hammock
Ada sejumlah spot selvie menarik. Sebutlah : Sarang Burung Raksasa, Jembatan Pohon, Rumah Pohon, Tangga Cinta. Saat kita foto di sarang burung seakan menjadi “anak burung” yang menunggu induknya mencari makan. Unik khan.

Ngga perlu ekstra nyali untuk foto-foto di Jembatan Pohon dan Rumah Pohon. Hanya butuh kehati-hati-an saat menapak tangga. Setelah di atas minta rekan yang di bawah untuk foto. Atau langsung saja selvie. Karena ada sinyal, segera upload atau sharing di medsos. Dan tunggu hasilnya....

Ah rasanya sich lebih cocok untuk yang muda-muda ya. Gimana tuk yang sudah menjelang tuer...? ya mengikuti perkembangan teknologi. Nyelvie ternyata bukan dominan untuk yang muda-muda saja. Kalau untuk foto-foto, sebagai kenangan tidak terlupakan, sayang banget kalau mikir usia. Artinya, yang tuer atau “jelang” tuer pun sah-sah bukan ber-selvie ria. Hanya saja mungkin posenya tidak perlu harus loncat. Nah yang satu ini butuh ekstra keberanian dan siap menghadapi risiko foto sambil loncat...hahaha....

Spot Andalan

Umumnya sebuah spot yang diminati pasti ada menjadi andalan. Termasuk di Pinus Pengger ini. Apa itu? Jika kita datang bersama pasangan, arahkan langkah ke Tangga Cinta. Disini spot mengabadikan kemesraan bersama pasangan dengan background hutan. Jika kita datang bersama ibu dan bapak, foto lah mereka dengan pose mesra di sini. Pasti akan menjadi kenangan romantis. Disinilah kreatif-nya warga pengelola setempat menciptakan spot foto romantis.

Barangkali di sini, setelah foto bersama pasangan, ingin menyatakan komitmen lebih dalam kepada pasangan. Tidak keliru tempatnya. Atau mungkin ingin memberikan kejutan dengan melingkarkan cincin manis di jari pasangan, oowww....romantic.

Dokumen pribadi. Hamparan indah pemandangan kota Yogyakarta
Dokumen pribadi. Hamparan indah pemandangan kota Yogyakarta
Tunggu...jangan pulang dulu. Masih ada spot andalan. Arahkan kaki menuju pinggir tebing. Saat itu kita akan mendapat suguhan hamparan pemandangan indah. Kota Yogyakarta dari ketinggian. Berharaplah cuaca cerah. Suguhan pesona alam di jamin memanjakan mata.

Jika kita datang saat senja, lagi-lagi jika cuaca cerah, keindahan suasana jingga matahari terbenam sudah di depan mata. Jangan beranjak dulu. Setelah matahari terbenam..wuiiihhh...indahnya kerlap-kerlip lampu kota Yogyakarta. Mirip untaian mutiara yang berkilau. Kalau saya yang tipikal melankolins pasti akan langsung terpesona.

Menikmat Yogya dalam suasana malam menjadi andalan yang di tawarkan pengelola. Memang di anjurkan datang sore sampai malam. Ah apa ngga ngeri jalan di tengah hutan malam-malam? Agar lebih pede, ngga parno, jangan ragu minta di antar pengelola. Minta di temani sampai puas foto-foto.

Dokumen pribadi. Di pinggir tebing latarbelakang kota Yogyaakrta
Dokumen pribadi. Di pinggir tebing latarbelakang kota Yogyaakrta
Sampai disini, dalam suasana malam bertaburan bintang lagi-lagi akan muncul suasana yang romantis. Foto berdua sambil menatap keindahan pesona malam kota Yogyakarta, lalu sharing ke medsos...bikin mupeng khan. Hahaha....

Puas dan capek setelah asyik foto-foto disini, jangan khawatir. Rebahkan diri di gazebo yang tersedia disini. Pilihan lain mampir di salah satu warung. Nikmati cemilan sekedar mengisi kekosongan perut. Puaskan dahaga dengan minuman ringan. Sedikit banyak menambah energi untuk kembali ke rumah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Selamat datang di Hutan Pinus Pengger. Spot baru yang sedang “mencuri” perhatian traveler khususnya penikmat alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun