Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar dari Kasus Turis yang Digigit Komodo

7 Mei 2017   12:04 Diperbarui: 7 Mei 2017   12:58 2610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Saat berhadapan langsung dengan Komodo

Menegangkan! walau tidak tahu harus menyingkir kemana jika instruksi itu muncul. Untung lah akhirnya si Komodo membelok-kan langkahnya, tidak jadi meneruskan ke arah kami. Lega....!!

Pengalaman menegangkan ini, membuat saya bisa membayangkan seperti kondisi si turis saat digigit Komodo. Ceroboh, tidak waspada, kira-kira begitulah yang ingin saya katakan. Terlalu fokus ke kamera, berburu obyek, akibatnya ya begitulah.

Wah jadi ikut memvonis ya. Tapi begitulah. Jika si turis tadi tetap waspada, hati-hati, dan di dampingi ranger, pasti tidak sampai kejadian.

Jadi... dari kejadian ini bisa mengambil kesimpulan, apakah kejadian ini musibah atau....?

Pengalaman Lain

Terlepas dari kejadian si turis tadi, saya jadi teringat penuturan seorang ranger yang mendampingi saya. Suatu saat ia membawa rombongan 5 orang semuanya wanita. Mengambil trekking pendek sekitar 1 jam di Pulau Rinca. Saat registrasi pertanyaan standar dan harus dilakukan sang petugas, adakah yang sedang menstruasi. Dijawab, tidak ada.

Dokumen pribadi. Foto bersama Komodo saat pertama kali ke pulau Rinca. Meski sedang diam setiap saat Komodo bisa berperilaku agresif
Dokumen pribadi. Foto bersama Komodo saat pertama kali ke pulau Rinca. Meski sedang diam setiap saat Komodo bisa berperilaku agresif
Saat trekking, semuanya berada di jalur trekking. Namun si ranger merasa tidak aman. Tidak seperti trekking sebelumnya. Ia merasa ngga Cuma sekali ada komodo yang mengendus dan mengikutinya. Melihat situasi yang tidak nyaman dan cenderung berbahaya akhirnya sang ranger memutuskan membatalkan trekking. Rombongan tadi di bawa kembali ke base camp.

Saat di base camp barulah rombongan kecil tadi di “sidang”. Ditanya sekali lagi siapa di antara mereka yang ternyata sedang menstruasi. Barulah ada yang mengaku. Salah satu anggotan rombongan ternyata baru saja “dapet”. Saat ditanya tadi ia terpaksa berbohong. Jika berkata jujur pasti tidak boleh ikut trekking. Ngga mau rugi, udah jauh-jauh datang, biaya besar, masa ngga bisa trekking. Begitu alasannya.

Iya... tapi jangan lupa. Komodo mampu mengendus bau darah dari jarak 10 kilometer. Ini tidak main-main. Bukan Cuma teori. Yang dipertaruhkan adalah keamanan diri masing-masing. Siapa sangka jika tiba-tiba Komodo ber-perilaku agresif. Sangat mungkin tiba-tiba Komodo berlari menyerang calon mangsanya. Ini yang juga harus di waspadai.

Karenanya salah satu “syarat” jika ingin melihat komodo entah di pulau Rinca atau Pulau Komodo, terutama bagi wanita, perkira-kan jadwal menstruasi. Jangan sampai setelah tiba malah “dapet”.

Dokumen pribadi. Pengalaman kedua kali ke pulau Rinca.
Dokumen pribadi. Pengalaman kedua kali ke pulau Rinca.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun