Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Mana Kamar Kos Kosongan atau Berperabot? Ini Kebiasaan "Unik" Anak Kos yang Merugikan

8 Januari 2022   14:51 Diperbarui: 9 Januari 2022   12:46 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto lemari_dokpri

Just Sharing....

Mampir ke rumah seorang mantan nasabah kedapatan beliau sedang membersihkan sebuah lemari bekas. Terbuat dari bahan kayu dengan tinggi kurang lebih 180 cm, lebar 50 cm dan panjang 100 cm. 

Beberapa bagian dari lemari itu sudah rusak terutama di laci - lacinya. Ada banyak coretan spidol dan paku yang menancap di badan lemari. Ternyata lemari tersebut tak disukai penghuni baru dan meminta agar diganti dengan yang baru. 

" Ini anak- anak kos kok gini ya caranya. Dikasi kos murah sudah lengkap dengan perabot kok malah dirusak. Rugi dong mesti beli lagi," keluhnya pada saya. 

Harga lemari tersebut memang tidak murah. Ketika saya browsing di internet, harganya di atas empat ratusan ribu hingga 1 jutaan. 

Bila harga kamar dibanderol 500 ribu per bulan berarti si anak baru yang akan menghuni kamar tersebut untuk bulan pertama bukan bayar kos tapi bayar ganti uang lemari...hehe. 

" Tuh lihat lagi dinding kamarnya. Kenapa dipaku- paku kayak gini. Bukannya bagus malah lecet di mana- mana.," keluhnya lagi ketika mengecek ke dalam kamarnya. 

"Ya ampun....kasurnya juga kesundul rokok. Semoga tu anak baru ngga minta ganti kasur, amsyong dah kantong Ibu dan Bapak, " terdengar suara ibunya  dari dalam sana  sembari menunjukkan kebiasaan unik mantan anak kosnya.

Beberapa bulan lalu juga, kata si ibu, ada anak kos yang lebih  suka tidur dengan kasur di lantai daripada pakai ranjang. 

Akhirnya tempat tidur dikeluarkan dan ditaruh di garasi. Malah ukuran tempat tidur itu bikin garasi motor jadi sempit. Padahal dulu keluar biaya juga beli tempat tidur nya. Hadehh..

Ibu Subangun dan Pak Jarwo, sebut saja begitu nama mereka, adalah mantan nasabah dulu di kantor. Selain punya sejumlah usaha utama, bisnis kos- kosan ini usaha sampingan yang sudah sekian tahun dikelola. 

Menurut penuturan beliau, dulunya ada lahan kosong milik mereka lalu didirikan 8 kamar kos. Harga kamar di tahun 2022 ini dibanderol 500 ribu per bulan masih sama dari tiga tahun silam meski harga listrik PLN sudah naik. 

Kamar- kamar tersebut dilengkapi sebuah lemari kayu, meja plastik,kursi, kasur ukuran 2 orang dewasa, tempat tidur, selimut, dua bantal kepala dan 1 bantal guling. Lantainya keramik dengan luas kamar 4 meter X 3 meter. Air dan listrik gratis. 

Bagi saya sih, termasuk lumayan murah harga segitu dengan beraneka properti sebagai satu paket. Apalagi lokasinya strategis dekat swalayan dan tak jauh dari bandara di kota tersebut yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Ketika ngobrol dengan Si Bapak, Ibu Subangun masih bolak - balik memeriksa lemari bekas tersebut yang sudah dikeluarkan dari kamar yang akan ditempati si anak baru. 

" Pak, apa kita ganti dengan lemari plastik aja ya biar agak murah dikit. Ini harganya lumayan lho," kata Si Ibu padasuaminya, Pak Jarwo. 

" Lha kalo anaknya nanti bandingin lemarinya sama kamar - kamar sebelah kan repot juga. Kalo mau di servis dan diperbaiki, ongkosnya kurang lebih sama," jawab Si Bapak. 

Si Ibu menghela napas panjang. Kemudian ditinggalkannya itu lemari dan beranjak duduk bersama saya dan Pak Jarwo. 

" Maaf Bu, Pak, apa dari awal dibangun memang sudah terisi perabot ato sebelumnya kosongan?" tanya saya

" Karena maunya biar yang ngekost nyaman, ya semua kamar dilengkapi Mas," jawab Si Ibu. 

" Apa Bapak dan Ibu membuat semacam pengumuman atau perjanjian tertulis pada penyewa di awal bahwa properti di dalam kamar tidak boleh dirusak ?" tanya saya lagi

Mereka terdiam sejenak. Kemudian menggelengkan kepala. Bagi mereka itu tak pernah terpikirkan sebelumnya. 

Lagipula mereka tak pernah berpikir negatif terhadap para penyewa terkait kebiasan "bongkar pasang" terhadap properti kos. 

Bisnis kamar kos antara kamar kosong dan kamar terisi perabotan. 

Kita mengenal kamar kos tak hanya jenis kamar yang ada kamar mandi dalam atau kamar mandi di luar, tapi juga kamar kos kosongan dan kamar kos yang dilengkapi sejumlah perabotan tuk beraktifitas. 

Di masyarakat, terutama di perkotaan, hampir semua tipe kamar kos ini bisa dijumpai. Masing- masing punya kelebihan dan kekurangan. Baik dari segi harga, kenyamanan, segmen peminat, hingga terkait gaya hidup dan kebiasaan. 

Menemukan kos yang cocok dengan jiwa dan diri penyewanya  kadang susah- susah sulit. Setali tiga uang dengan pemilik kos yang tak bisa menebak di awal apakah anak kost ini akan baik ato tidak baik - baik saja seperti lagunya Judika..hehe. 

Ketika si empunya kos memulai bisnis kos dengan kamar terisi perabotan standar, yang ada dalam benak mereka adalah si penyewa akan nyaman, aman dan rajin membayar. 

Lain lagi andai si pemilik kamar sewaan itu membiarkan kamar itu kosong dengan harapan anak kos nya bisa berkreasi sendiri membeli perabotan sesuai jiwanya dan menata sekreatif mungkin. Pada akhirnya kos yang kosongan pun punya peminat sendiri. 

Pebisnis kamar kos yang sengaja membiarkan kosong tidak selalu harganya lebih murah dari yang terisi perabotan. 

Seorang teman di Denpasar Bali yang kebetulan ngekost karena ditugaskan di sana, mesti membayar 700 ribu per bulan padahal kamar kosong namun dilengkapi dapur dan kamar mandi doang. 

Bandingkan dengan seorang kenalan di Mataram NTB dengan ukuran kamar yang sama cuman bayar 500 ribu per bulan.

Apakah dari perbandingan ini bisnis kos- kosan Denpasar lebih mahal dari Mataram? Sebenarnya tidak juga. Karena masih ada kos lain di kedua kota ini yang bisa jadi lebih mahal ato lebih murah dari dua contoh di atas. Relatif lah. 

Namun sejumlah keuntungan bisa diperoleh oleh si pebisnis kamar kos kosongan. 

Selain tak perlu keluar biaya membeli perabotan, si pemilik juga tak akan rugi bila properti kamar dirusak oleh kebiasaan anak kos seperti yang terjadi pada Ibu Subangun dan Pak Jarwo. 

Meski demikian, si pebisnis kamar kos kosongan juga mesti bersiap terhadap para pencari kos yang cenderung mencari kos yang lengkap dan tak mau repot keluar biaya lagi.

Sudah pasti tipe kos model beginian biasanya akan terisi oleh mereka yang sudah membawa perabotan sendiri. 

Sebaliknya pada pemilik kos ala- ala bekas nasabah saya di awal tulisan, mesti bersiap dengan sejumlah resiko. 

Mulai dari properti di corat- coret hingga tembok dan lemari di paku atau kasur di sundul rokok oleh ulah  tak sedikit anak - anak kost. Meski tak semua penyewa  seperti itu, namun ada saja satu dua yang saking "kreatifnya" dalam tanda kutip lalu berkreasi sendiri di dalam kamar. 

Demi mengantisipasi seperti itu, ada baiknya peraturan ato kesepakatan secara tertulis dibuat di awal pada saat masuk. Memang rasanya jarang ya ada pemilik kos seperti itu, namun untuk kebaikan bersama. 

Lagi pula properti kos umumnya dilengkapi untuk waktu periode tertentu, misalnya dua tahun ato empat tahun baru diganti. 

Karena beraneka perabotan dalam kamar adalah variabel biaya jangka panjang dan bukan jangka pendek seperti biaya air, listrik ato sampah yang rutin tiap bulan dibayarkan. 

Adanya kesepakatan tertulis terkait hak dan kewajiban juga dikarenakan si pemilik kos secara etika tak mungkin memeriksa dalam kamar anak kosnya dan apa saja yang dilakukan terhadap beraneka properti. Tau nya nanti belakangan setelah si penyewa cabut ato keluar. 

Memang dilema sih, mau pilih bisnis kamar kos kosongan ato kamar terisi perabotan. Dua- duanya ada sisi plus dan minus. 

Dan kedua tipe kamar ini akan menentukan juga siapa yang akan menyewa dan apa yang akan dilakukan bila  sudah berada di dalam nya. 

Baca juga : ""Setengah Hati" Wadah Cuci Tangan di Tengah Ancaman Omicron"

Salam, 

Brader Yefta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun