Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagaimana Rasanya Ketika Tetangga "Melenyapkan" Hewan Kesayanganmu?

16 November 2021   09:51 Diperbarui: 16 November 2021   09:59 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Priti (berwarna bulu hitam putih) bersama Prito dan Pritu_Foto Dokpri

Tetangga Masa Gitu....

Bicara soal kehilangan hewan peliharaan, saya juga mengalaminya tahun lalu. Seekor anabul betina yang diberi nama Priti, hilang di awal November 2020. 

Pulang kantor sore, saya tak menemukan dia. Biasanya dia akan berlari menyambut karena ada lauk ikan kesukaannya yang saya beli pas balik dari kantor. 

Hari pertama tak melihatnya. Hanya 2 kucing jantan lain milik saya yakni  Si Prito dan Si Pritu. Saya mulai penasaran dan bertanya ke tetangga sebelah. 

" Ngga lihat Om, biasanya main di sini, " kata Pak Lek (nana samaran), pedagang bakso depan rumah. 

Dari hari ke hari, saya berharap Si Priti akan tiba- tiba nongol di jendela ato di depan pintu seperti kebiasaannya menyapa saya. Bahkan kepikiran juga di kantor ini kemana Si Priti. 

Seminggu, dua minggu, ssbulan akhirnya genap 4 bulan. Dari November 2020 ke Marer 2021. Ngga tau Priti kemana dan ada dimana. 

Yang tersisa hanya rasa kehilangan, apalagi mengingat anabul kesayangan ini pernah muntah cairan bercampur darah dan saya membawanya ke Klinik. Dia akhirnya kembali sehat. Kisahnya dituliskan juga di Kompasiana

Baca : "November Punya Cerita, Saya dan Tiga Kucingku (Priti, Prito, dan Pritu)" 

Nah di Bulan Maret 2021 lalu, ketika sudah ikhlas kehilangan Si Priti, suatu malam saya duduk nongkrong dengan salah satu tetangga sebelah. Ya biasalah ngobrol- ngobrol, namanya juga tetangga. Mereka juga sepantaran, masih relatif muda. 

Ngga disangka tercetus curahan pengakuan sepasang suami istri tersebut ketika lagi enak - enaknya ngopi dan ngemil. 

" Maaf Om, kita mo kasitau, kalo kucing Om yang betina itu dibawa dan dibuang tetangga sebelah kanan," kata suaminya. 

Suami istri itu kemudian melanjutkan bahwa mereka melihat sendiri dengan matanya. Bahkan mereka berdua sadar ketika di November tahun lalu, selama seminggu saya mencari bahkan bertanya pada mereka juga, apakah melihat Priti. 

Sebagai tetangga, mereka takut akan terjadi keributan. Dengan asal saya yang berasal dati timur Indonesia, mereka kuatir bisa tersulut emosi hanya lantaran hewan kesayangan "dilenyapkan" tetangga. 

" Saya sudah mengikhlaskan kok," kata saya pada mereka berdua. 

Namun setelah obrolan satu jam itu dan balik ke rumah, saya kok kepikiran pada dinamika hidup bertetangga. 

Apa yang terjadi pada saya, bisa juga dialami tak sedikit orang di luar sana yang binatang peliharaan nya di " lenyapkan" dalam tanda petik oleh tetangga sekomplek. 

Seorang teman memposting di grup WA, kucing ras nya yang harganya jutaan hilang, namun dia tak berani menuduh tetangga. Meski dugaan bisa saja adalah rumah- rumah yang berdekatan dengan rumahnya. 

Tak sedikit kehilangan anjing, ayam kampung, kelinci, babi, sapi, kambing dan kerbau dan mereka mungkin merasa bersalah bila menuduh tetangga. 

Selain tak ada saksi mata, bisa juga tak ingin hidup bertetangga runyam dan rusak gara- gara hewan peliharaan. 

Sekalipun ada tetangga lain yang menyaksikan perbuatan mereka, bisa saja seperti kisah saya, tetangga tersebut tak ingin memberitahukan langsung. Apalagi bila dia tau pemikiknya berasal dari mana dan seperti apa, padahal itu tak bisa digeneralisir juga. 

Ada yang perawakan Rambo tapi hati Rinto Harahap. Malah ada juga tetangga tipe cabe rawit. Kecil mungil tapi nyelekit omongan nya dan kalo emosian, Pak RT bisa minta bantuan satpol PP turun tangan..hehe. 

Serba salah memang. Di satu sisi bisa memancing emosi karena kehilangan hewan yang dirawat dengan kasih sayang dan keluar dana juga, namun di sisi lain ada tanggung jawab sosial menjaga kondusifitas hidup bertetangga. 

Bila saya menuntut tetangga sebelah yang melenyapkan Si Priti atas dasar pengakuan tetangga satunya, apakah itu bisa mengembalikan anabul betina saya? Bisa saja sudah dibunuh atau dibuang ke tempat yang jauh. 

Karena bila dibuang ke sekitar komplek, naluri kucing secara alami akan kembali mencari rumah dan pemiliknya. Dan Priti pernah kejadian seperti itu manakala hilang di taman kota yang berjarak 700 meter meter dari rumah. 

Bila saya ribut gegara hewan kesayangan dengan tetangga itu, bisa saja kebawa sampai kantor dan mempengaruhi mood dan emosi saat bekerja. Bahaya juga kan. 

Belum lagi dengan keluarga sendiri. Ntar dampaknya bisa ke anak- anak dan hubungan pertemanan mereka dengan teman- teman seusia mereka juga keganggu. Pokoknya kemana- mana dah kalo ribut ma tetangga. Itu yang harus diredam dan dihindari. 

Mungkin baliknya ke kita juga yang pecinta hewan. Apapun binatang peliharaan, baiknya dikandangin dan dijaga dengan baik. 

Emang sih sedih dan rugi juga secara selama kita ngerawat, mungkin keluar dana, fokus dan invest waktu juga. Jadi terasa saat kehilangan karena dilenyapkan orang lain. 

Beda kalo para hewan kesayangan itu mati karena sakit ato ketabrak kendaraan dan kita kuburkan sendiri. 

Itu masih mending dibanding orang lain merampas mereka dari kehidupan dan keseharian kita. Mereka tak tau rasanya berada di pihak kita. 

Tapi realitanya emang hidup bertetangga, tak bisa menampik juga ada kejadian semacam itu. Berharap tetangga sebelah punya rasa kekasihsayangan sama hewan juga salah, karena setiap orang beragam minat dan kesukaan. 

Itu belum lagi kalo hewan kesayangan kedapatan buang kotoran dan nyasar sampai pekarangan mereka. Bisa - bisa timbul niat melenyapkan aja. Lain lagi kalo motivasinya karena ngga ingin lihat orang lain bahagia dengan hobinya. 

Emang dilema dan perjuangan juga memelihara hewan dengan tinggal di komplek perumahan. 

Dokpri_salah satu komplek perumahan dimana tetanga saling berdekatan
Dokpri_salah satu komplek perumahan dimana tetanga saling berdekatan

Mana sekarang rumah- rumahnya dempet- dempet di gang ato di perumahan karena era nya rumah gede dan halaman luas itu mungkin rumah Opa Oma jaman kecil dulu ato rumah orang kaya jaman sekarang. 

Masa sih gara- gara punya hewan kesayangan trus mesti tinggal di hutan biar aman dari tangan jahil dan tetangga reseh? Whoa...serasa jadi Samson Betawi atau Tarsan donk....haha.

Pesan terbaik di balik pengalaman ini ya mungkin hati- hati aja ngerawat hewan kesayangan. Resiko kehilangan ato dilenyapkan oleh seseorang, bisa ada sewaktu-waktu.  

Namanya juga resiko, ngga ada yang tau kapan terjadinya. Termasuk resiko hidup bertetangga. 

Salam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun