Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jefri yang Ingin Pulang, Antara Dilema Mudik dan Depresi Pekerja Akibat Terpisah Jauh

4 Mei 2021   12:56 Diperbarui: 4 Mei 2021   18:38 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi 2014_Penyeberangan Lintas Pulau

"Anakku masih bayi waktu itu. Bila ke daerah seperti itu, kalo sakit, apalagi sakit berat, susah berobatnya. Istriku tak nyaman, biar aku aja yang di sana," katanya ketika aku bertanya mengapa tak diboyong keluarganya. 

Alhasil selama seorang diri di sana, beberapa masalah kerap mendera pasangan muda ini. 

Mulai dari berbagi pengeluaran karena ada 'dua dapur', satu buat anak dan istri, satu buat dia di perantauan. 

Meski ada tunjangan luar daerah dari kantor, namun itu tak gratis. Ada harga yang dibayar. 

Teknologi komunikasi tak bisa menggantikan sentuhan fisik. Jefri tak bisa menyaksikan bagaimana buah hatinya bertumbuh dari tahun ke tahun dan hanya bisa mudik setahun sekali pas Idul Fitri. 

Jabatannya mengharuskan dia untuk selalu mengawasi jalannya operasional kantor perwakilan dan tanggung jawab terhadap target perusahaan yang dibebankan. 

Lantaran jatah cuti yang biasanya 12 hari dalam setahun, agar tak sia-sia, diuangkan olehnya karena ada kebijakan tersebut. Dananya dikirimkan ke rumah. 

Tahun berjalan hingga di tahun ke 5 penugasannya, yang belum belum juga dirotasi oleh manajemen ke kantor cabang awal, perasaan depresi mulai mendera Jefri. 

"Sampai kapan. Yang punya wewenang, itu manajemen. Aku ngga dipindah-pindah, kapan ngumpul sama anak istriku. Nyesal.." Wajahnya mulai nampak sedikit sedih. 

Puncak dari depresi ada di 2 tahun terakhir, ketika pandemi Corona makin menjepit. Tak ada lagi mudik, bahkan dilarang. Alhasil makin jauh di mata tapi juga jauh di hati. 

Karena sang istri, sudah meminta pisah dari tahun lalu, karena tak mampu menjalani hubungan jarak jauh terus-terusan seperti itu. Pengaruh pandemi juga berpengaruh pada penghasilan apalagi dengan adanya 2 dapur. 

Kini mantannya telah menikah dengan pria lain. Dan sang anak masih dalam pengasuhan ibunya, namun kerap berkomunikasi dengan Papanya. 

"Aku sayang anakku, tapi sayang karirku juga. Andai waktu bisa diputar kembali, lebih baik aku tidak mengambil pilihan itu. Mungkin ini harga yang dibayar dari keputusan yang salah.." kembali Jefri menyesap kopi hitamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun