Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Garuda Indonesia, Inkonsisten Aturan Mudik Pemerintah, dan Biaya Reschedule

24 April 2021   15:23 Diperbarui: 24 April 2021   17:13 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Just Sharing...

Beberapa kali menumpang maskapai Garuda, memang sedikit beda dibanding maskapai lain. Salah satu yang disukai adalah senyum ramah nan manis pramugarinya. 

"Mau nambah lagi Mas minumannya..Kopi, teh atau sari buah?"terngiang suara lembut awak kabin tersebut dalam sebuah perjalanan di udara sekian tahun silam, dalam penerbangan dari Timika ke Denpasar. 

Masih ada beberapa penerbangan lain dengan sejumlah rute dalam negeri dengan maskapai milik pemerintah ini yang meninggalkan kesan tersendiri.

 Jadi pada tahun lalu, ketika salah seorang keponakan hendak terbang ke Bali, saya merekomendasikan naik Garuda saja. 

Pertimbangannya karena jarak tempuh dari Jayapura ke Denpasar itu lumayan lama, lebih baik naik pesawat yang ada layanan makan gratis. Ngga papa mahalan dikit, tapi nyaman di perut. 

Sangat tidak enak dan tidak nyaman manakala lambung tak terisi selama lebih dari 2 jam di dalam kabin. Duduk ngga enak. Apalagi tekanan udara berbeda saat di darat dan di udara. 

Meskipun maskapai berbiaya rendah ada kalanya menjual makanan dan minuman juga di dalam kabin, tapi pilihannya terbatas. 

Bila membawa makanan sendiri porsi berat seperti nasi bungkus, nasi kotak dan lain sebagainya lalu makan di dalam pesawat, boleh apa tak boleh saya sendiri kurang tau. Belum pernah melakukan.   

Alhamdulilah puji Tuhan, saat mencari tiket di Bulan Maret tahun lalu, dapat yang murah hampir sama harganya dengan rute yang sama pada maskapai yang tak menyediakan gratis makanan dan lainnya. 

Langsung dipesan dan dibayar via ATM. 

Karena keponakan ketrima di Udayana (Unud) lewat jalur non tes, pihak universitas menginformasikan bahwa pendaftaran mahasiswa baru pada sekitar Bulan Juni ato Juli tahun lalu. Padahal di Bulan April 2020,pandemi mulai  bergulir di tanah air. 

Pemerintah kemudian mengeluarkan aturan pembatasan perjalanan warga pada sejumlah moda transportasi terkait Covid 19. 

Dampak lanjutannya adalah pengalihan pola kuliah dari tatap muka ke tatap layar HP alias online-online. 

Maret 2020 ke Maret 2021, satu tahun reschedule terus. 

Pandemi corona membuat pihak kampus meneruskan pola perkuliahan daring, sembari menunggu pemberlakuan offline dari pemerintah dan kondisi aktual di Pulau Bali tentunya. 

Jadi kosan milik keponakan, yang sedianya mau dibayarkan selama setahun, akhirnya dibatalkan juga. 

Kini sudah hampir setahun, satu semester sudah lewat dan masuk semester dua. 

Dia bersama teman-temannya mahasiswa baru angkatan tahun lalu, masih menyimak pembelajaran online, termasuk Ujian Akhir Semester. 

" Teman-teman ada yang  di Medan, Jakarta, Kupang dan kota lain, kita semua belum ke Bali sejak ketrima tahun lalu," katanya ketika saya menanyakan bagaimana dengan teman-temannya yang lain. 

Pihak fakultas membuat komunitas interaksi antara dosen dan mahasiswa.Selain itu anak-anak mahasiswa ini juga bikin WAG khusus tuk bertukar pikiran dan berbagi info. 

Antara teman-temannya yang ada di Bali (baik di Denpasar ato di Kabupaten lain di Bali), dan yang di propinsi lain. 

Akhirnya tiket dari Bulan Maret tahun lalu itu, dipindahkan terus hingga sudah lebih dari lima kali. Reschedule terakhir di akhir bulan lalu. Memindahkan ke tanggal 21 Mei 2021. 

Maunya setelah Idul Fitri, namun pihak Garuda menginformasikan bahwa pelarangan mudik dari tanggal 06 Mei hingga 17 Mei 2021. Eh...sekarang pemerintah merubah lagi dari tanggal 22 April hingga 24 Mei 2021. 

Hehe...berarti tak bisa terbang pada 21 Mei 2021. 

Puji syukurnya, maskapai Garuda mau dengan senang hati memindahkan terus cuman menyesuaikan dengan stok tiket yang ada pada tanggal yang  dikehendaki. 

Saya minta harga yang sama sehingga tak perlu harus merogoh kocek lagi dengan pertimbangan ini masa pandemi dan berimbas pada finansial masyarakat. 

Selama hampir 6 x rubah-rubah itu, ada satu dua perubahan dimana saya membayar tambahan biaya reschedule, yang bagi saya tak apa-apa lah, karena sudah diberikan kemudahan atas tiket tersebut. 

Karena bagi saya lebih baik tiketnya tak saya uangkan, tapi meminta bantuan maskapai untuk memindahkan ke tanggal yang dikehendaki. 

Menyesuaikan dengan aturan revisi bepergian dari pemerintah pusat, kebijakan pemerintah propinsi dan kebijakan universitas. 

Rasanya itu lebih baik. Semoga di maskapai dan pengelola moda transportasi yang lain, juga ada kemudahan reschedule seperti ini, sehingga tak memberatkan warga yang sudah terlanjur membayar di awal -awal. 

Baca juga : Kopi

Salam

Referensi : 

1. Detik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun