Mulai dari yang tipe all you can eat aiias makan apa aja suka -suka loe dah, dengan harga dipatok sekian puluh atau sekian ratus ribu, sampai warung makan laris di tengah kota.Â
Mungkin karena masih umuran anak muda, dan sukanya makan sambil sharing dan berkomunitas, jadi ya menikmati aja. Ada kesepakatan tertulis meski kadang juga dibayarin sama yang dituakan secara finansial...hehe.Â
Ternyata kapasitas lambung manusia ada batasnya, Mau seenak apapun, sebanyak apapun menunya, tetap saja tak semuanya habis.Â
Cicip sebentar, dua tiga sendok  masuk mulut, ditambah nasi dan lauk lain, ya sudah kenyang lah.Â
Meski mata kepengen, namun apa daya perut tak satu komando.Â
" I am full Bro," kata saya biasanya ketika dipaksa lebih banyak makan lagi karena sudah dibayarkan.Â
Sampai sekarang bila ketempat nasabah yang sedang menjalankan puasa, lebih baik ketemu nya sebelum mendekati puasa.Â
Karena bila mereka menjanjikan mendekati jam berbuka, terutama nasabah yang ibu-ibu, sudah pasti akan diajak berbuka bersama.Â
Nah itu yang biasnaya dihindari. Kerap kali tak bisa menghabiskan semua menu yang disajikan. Padahal saya ngga enak, karena harus menghormati dan ngga enak bila menolak.Â
Belum lagi di tiga tahun terakhir, ada sejumlah lauk yang dipantangin karena alasan kesehatan. Susahnya kalo sudah di rumah mereka, rasa sungkan dan ngga enak jauh lebih besar daripada harus menolaknya.Â
Apalagi yang sudah kenal dekat seperti sahabat atau orang  tua.Â