Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dua Tahun Pelihara Kucing, Cara Pandang dan Rutinitas Berubah

6 Februari 2021   19:59 Diperbarui: 11 Februari 2021   02:38 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri_Januari_2021_perilaku berbeda

Itu transfer factor, penguat imun kucing harga sekitaran 10 ribu sebutir. Bila jumlah sekian banyak dibeli pecinta kucing, lumayan juga omzetnya. 

Ada segmen pasar dari kalangan tertentu yang bikin bisnis nya tetap eksis. Ini kan di kota kecil, bagaimana di kota besar? Sudah pasti lebih banyak toko khusus hewan. 

Dokpri_2020_transfer factor penguat imun kucing
Dokpri_2020_transfer factor penguat imun kucing
Lantas apa lagi yang berjejaring langsung dengan Pet Shop dan penghobi hewan? Sudah pasti Dokter Hewan. Setahun lalu membawa Priti kucing betina saya, berobat ke seorang Veteriner. Saya cukup terkejut. 

Dibenak saya paling cuma satu atau dua orang pasien kucing. Ternyata setelah di kliniknya, mesti mengantri 30 menit karena masih ada 5 kucing sebelum giliran Priti.

Mengobrol dengan para pemilik kucing ras dan non ras itu, mereka mengatakan sudah sering memeriksakan kucingnya ke sini. Ini makin menyadarkan bahwa banyak peminat gemar pelihara Si Pus. Selain kucing, saat itu ada juga yang membawa anjing dan kelinci.  

Masih dalam kondisi pandemi di 2020 lalu, Pritu sakit. Saya kembali ke Veteriner tersebut. Ternyata masih sama banyak jumlah pengunjungnya. Ini bisa dikatakan, di kota sekecil ini, pandemi tak menyurutkan minat orang memelihara hewan. Sebagian besar adalah kucing kampung seperti saya.

Jejaring antara penyayang kucing dan komunitasnya, tersedianya Pet Shop dan Dokter Hewan beserta kliniknya, bikin perspektif berubah. Ternyata pada kalangan tertentu dengan kesamaan hobi, rantai bisnis dan saling membutuhkan begitu kuat dan tetap eksis. 

Bila binatang piaraan sakit, pihak Pet Shop merekomendasikan ke Veteriner tertentu. Setelah berobat, tuk perawatan dan nutrisi, Dokter Hewan merekomendasikan membeli ke Pet Shop lagi.

Bahkan di tahun lalu, ketika sedang di Bali dan mencari vitamin kucing, ada Pet Shop yang langsung menyediakan Veteriner langsung di tokonya sebagai konsultan. Ada pula yang ownernya berpendidikan kedokteran hewan.  

Di sisi lain, saya juga mengamati adanya Pet Shop dan Veteriner membuat event tertentu sebagai edukasi ke  penghobi sekalian membangun komunitas penghobinya. Dengan demikian, rantai bisnis dan jalinan terus terbangun.  Cuman yang seperti ini selama di Sumbawa, apalagi selama pandemi, belum saya ikut. 

Ini merubah perspektif saya bahwa, Veteriner dan keahliannya, tak hanya menangani hewan ternak yang dikonsumsi warga seperti sapi, kambing, ayam atau pun babi, tapi juga oleh komunitas penghobi binatang khusus seperti halnya pecinta kucing. Di Indonesia, kini udah ada 20 universitas membuka pendidikan tuk profesi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun