Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Terinspirasi Senja di Pelabuhan Kecilnya Chairil Anwar, Akhirnya "Terdampar" di Kompasiana

30 April 2020   02:07 Diperbarui: 1 Mei 2020   16:50 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:republika.co.id/foto:batavia_pelabuhan sunda kelapa 1860

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut 

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu yang disuka sejak sekolah dasar. Kalimat -kalimat seperti : Ini Bapak Budi atau Ini Ibu Budi, tak lekang oleh ingatan. 

Betapa Jaman SD buku -buku pelajaran soal ketrampilan dasar berbahasa yang meliputi membaca, menulis, mendengar dan berbicara menjadi menu bagi para murid. Dari sanalah saya mengenal istilah dalam karya bahasa seperti puisi, prosa, larik dan penamaan lainnya. 

Masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama), saya mulai berkreasi dengan kata -kata. Pendorongnya adalah puisi Chairil Anwar yang berjudul Senja di Pelabuhan Kecil. 

Pemilihan kata dan visualisasi yang tercipta kala membaca larik -lariknya terasa dekat dengan keseharian saya di usia remaja. Pelabuhan, dermaga, rumah tua, perahu dan kapal, pantai, burung yang beterbangan, serta lalu lalangnya. 

Rumah lama orang tua memang tak jauh dari pelabuhan milik PT Pelindo. Hanya 10 menit berkendaraa atau 30 menit berlari -lari kecil. Sejak SD, meski tinggal di kota, saya bersama beberapa teman sering berolahraga lari. Jogging mulai  dari komplek perumahan hingga ke pusat kota dimana pelabuhan itu berada. 

Dan sebagai happy ending alias akhir ceria dari kisah olahraga di hari itu, akan ditutup dengan tradisi basah-basahan di kolam pelabuhan. Loncat dari sisi dermaga dan mendarat di air. Lalu pulang ke rumah dengan berjalan kaki dan menenteng sepatu.

Ada kalanya juga kami tak mandi. Hanya duduk di sisi pelabuhan dan memandang aktifitas bongkar muat kapal -kapal besar seperti KM (Kapal Motor) Dobonsolo, KM Umsini, KM Tatamailau dan beberapa kapal barang yang merapat di dermaga. 

Garis pantai pelabuhan memang memanjang. Berkelok dan menyatu dengan pantai -pantai kecil di sepanjang Teluk Humboldt hingga Pantai Base G. Karena topografinya demikian, mengamati kapal - kapal besar yang datang dari Pulau Jawa itu tak selalu harus dari sisi pelabuhan. Bisa dari sisi pantai yang lain. 

Uniknya, di seberang pantai -pantai tersebut,ada pulau -pulau kecil yang didiami warga asli. Membentuk kampung (desa) alias kampung dalam kota...hehe. Makna kampung lazim tempatnya jauh dari kota, namun yang ini sedikit berbeda.

 Hanya dengan kurang lebih 20 menit hingga 30 menit menyeberang laut, sudah tiba di sana. Untuk transportasi dari kampung ke kota atau sebaliknya, ada beberapa dermaga kecil untuk penyeberangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun