Mohon tunggu...
Faisal Anas
Faisal Anas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pada Akhirnya Partai Tengah juga Diidamkan Parpol Lain

31 Januari 2018   20:28 Diperbarui: 31 Januari 2018   20:36 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasionalis-religius adalah slogan yang telah dibawa Partai Demokrat sejak didirikan oleh Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Nasionalis merupakan sikap kecintaan, pengabdian, dan menjaga kesatuan Indonesia. Sedangkan, religius artinya Demokrat dalam kehidupan berbangsan dan kecintaan negara selalu diiringi oleh nafas keagamaan atau nilai-nilai luhur ajaran agama.

Nasionalis-religius mampu berjalan beriringan. Hal tersebut telah terbukti dengan mulusnya pemerintahan SBY selama dua periode. SBY mampu merawat NKRI dengan spirit religius, serta menaikkan citra Indonesia di mata dunia, sehingga disegani dan dihormati dalam setiap diplomasi internasional.

Lalu, melihat rekam jejak Partai Demokrat selama ini yang berada di posisi tengah, yakni di satu sisi mendukung, di satu sisi mengawasi dan menegur jika ada yang salah, banyak yang menilai bahwa Partai Demokrat tidak punya sikap, inginnya menang sendiri.

Lantas, menurut saya tidak mudah menarik kesimpulan seperti itu. Partai tengah adalah pilihan. Sama halnya dengan partai pendukung pemerintah, atau berada di pihak oposisi. Semuanya punya tujuan masing-masing.

Demokrat, sebagai partai tengah juga menjalankan tugasnya sebagai pengawas dan pendukung pemerintah. Sikap yang ditunjukkan Demokrat ini seimbang. Tentu tak salah, jika ada kebijakan yang benar-benar pro rakyat didukung sepenuhnya. Atau, ada kebijakan yang nyatanya tidak sesuai, Demokrat berada di garda terdepan. Toh, pada akhirnya kembali pada kepentingan rakyat. Bukan untuk kepentingan si A atau si B.

Kita ambil contoh dalam Perppu Ormas yang disahkan menjadi UU. Awalnya polemik pengesahan Perppu ini sempat berada di titik tertinggi. Partai pendukung pemerintah jelas mendukung pengesahan ini, karena sangat penting untuk melindungi NKRI. Di laih pihak, oposisi bersikap tidak akan mendukung. Melihat porsi partai di DPR, tentu partai pendukung jelas menang. Namun, apakah itu sudah langkah yang tepat?

Kemudian, Demokrat hadir untuk memberi win-win solution. Memang Perppu tersebut pada dasarnya harus disahkan, tetapi perlu pula adanya revisi sehingga nilai-nilai demokrasi yang terindikasi tergerus akan terus terawat. Dan, semua kalangan pun setuju.

Bisa dikatakan posisi Demokrat saat ini cenderung seksi. Berada di poros tengah, Demokrat mempunyai potensi besar dalam menghadapi Pemilu dan Pilpres tahun mendatang. Perlahan namun pasti, sebagai partai tengah, Demokrat menjelma sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan.

Posisi ini yang barangkali membuat saya berpikir diidamkan pula oleh partai-partai lain. Nah, mungkin saja dengan posisi Demokrat yang strategis ini ada saja pihak yang ingin meruntuhkan posisi tersebut.

Terakhir, dengan dibawanya SBY dalam kasus e-KTP. Memang, perkataan tersebut tidak punya bukti yang kuat. Namun, apa daya fitnah sudah bertebaran. Pernyataan tersebut digoreng sedemikian rupa tanpa ada bukti yang jelas. Sungguh merupakan fitnah jahat.

Ya, pada akhirnya pernyataan tersebut akan hilang ditelan bumi. Memang, jika pernyataan tanpa bukti, ya akan hilang begitu saja. Tidak mempan rasanya jika ingin menenggelamkan Demokrat dan SBY dengan fitnah. Toh, lebih dari sedekade lalu, tak terhitung banyaknya fitnah yang terus menyerang dirinya. Namun, apa yang terjadi? SBY dan Demokrat mampu tampil lebih kuat, lebih solid, dan mendapat simpati dari publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun