Mohon tunggu...
Adnan Fauzan
Adnan Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan seorang mahasiswa yang sedang menempuh S-1 dari Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, menjadi seorang Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah dan mendapatkan International Award for Young People Silver Medal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bandung: Calon Ibu Kota yang Gagal!

6 Juni 2023   14:30 Diperbarui: 6 Juni 2023   14:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Sate Tahun 1924

Bandung memang telah

memiliki reputasinya sedari dulu. Reputasi baik sebagai Kota yang memiliki julukan Paris van Java itulah membuat salah seorang ahli kesehatan Belanda mengatakan bahwa Bandung cocok menjadi pusat administrasi Hindia Belanda pengganti Batavia yang dinilai sudah kumuh dan tidak layak menyandang pusat administrasi Hindia Belanda atau Ibu Kota Hindia Belanda.

Seorang ahli tersebut bernama, H.F. Tillema, ia mengatakan bahwa Bandung layak menjadi pusat administrasi dari Hindia Belanda karna tata kota Bandung yang belum terlalu kumuh serta iklim yang mendukung. Walaupun Bandung tidak seperti Batavia yang berada dipesisir pantai namun ia bersikeras bahwa Bandung adalah kota yang pas. Ditambah dengan penelitiannya pada tahun 1916 yang menyatakan bahwa kota-kota pantai utara Jawa kurang sehat untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahkan karna iklim yang panas dan dikelilingi rawa dan rentan terjangkit penyakit, sehingga menguatkan harus adanya pemindahan  ibu kota.

Wacana tersebut direalisasikan dengan membentuk suatu Tim Perencanaan pembangunan untuk beberapa itansi pemerintahan Hindia Belanda. Dengan dibentuknya tim tersebut, pemerintah menggaet beberapa arsitek ternama pada masa itu seperti Ir. J. Gerber dan Ir. E. H. De Rood. Tugas dari tim pembangun ini untuk membangun beberapa departemen atau itansi milik pemerintah Hindia Belanda dan terlebih harus membangun bangunan pusat pemerintahan yakni Gouvernement Bedrijven (GB) pada tahun 1920.

Pembangunan Gouvernements Bedrijven akhirnya selesai pada bulan September tahun 1924 dengan melibatkan 2.000 orang pekerja dan juga menggunakan bebatuan yang diambil dari daerah Arcamanik dan Manglayang Bandung. Selesainya pembangunan dari pusat pemerintahakan ini juga di ikuti dengan rampungnya beberapa intansi pendukung seperti pada Oktober 1918 perusahan listrik Gemeenschappelijk Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken yang menunjang pengaliran listrik untuk kota Bandung.

Selain itu radio pertama untuk komunikasi juga selesai pada awal tahun 1924 yang bertepat di Malabar yakni Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoon. Dalam bidang perhubungan - selain Bandung telah terbuka untuk transportasi kereta sejak 1884 -- transportasi udara pun pertama kali dibuka sejak 1 November 1928 di Lapangan Udara Andir (sekarang Bandara Husen Sastranegara) yang sebelumnya telah diresmikan sebagai lapangan militer sejak 1914.

Pemindahan pusat pemerintahan tersebut tidak hanya diikuti oleh itansi pemerintahan saja, namun hal tersebut juga disambut baik oleh para pengusaha. Mendengar wacana pemindahan ibu kota dari Batavia ke Bandung, mereka berbondong-bondong memindahkan usahanya tersebut. Tercatat bahwa perusahaan pertama yang memindahkan usahanya adalah Oliefabrieken yang dimiliki oleh Streefland yang letaknya di jalan Braga. Kemudia diikuti oleh perusahaan lain seperti Baldwin Locomotive Work, Rhein Elbe Union, Siemens Schuckert Werke, Siemens en Halske, Dieckerhoff en Widmann dan masi ada beberapa lagi.

Wacana pembangunan tersebut dengan ditambah rampungnya pembangunan Gouvernements Bedrijven perkembangan dan pembangunan Bandung menjadi lebih massive lagi. Warga Belanda yang tinggal di Hindia Belanda terkhususnya Batavia mereka berbondong-bondon memindahkan tempat tinggalnya ke Bandung. Hal tersebut menjadi pelonjakan penduduk di Bandung, sehingga tim pengembang kota Bandung yang pada mulanya di fokuskan untuk mempersiapkan Bandung untuk menjadi Ibu Kota yang baru, maka dibuatlah komisi pembangunan pada tahun 1921. Komisi ini adala gabungan dari beberapa departemen yang dapat menunjang pembangunan Bandung. Komisi ini memiliki nama Komisi Rencana Perluasan Wilayah Gemeente Bandung yang berfokusn untu membenahi wajah Bandung dan mengaturnya agar tata letak kota dari Bandung ini indah dan bagus sehingga layak dihuni dan menjadi kota metropolis. Selain membangun fasilitas-fasilitas publik agar menunjang jalannya pemerintahan Gemeente, tugas dari komisi ini adalah untuk menyeimbangkan atara bangunan dengan ruang terbuka hijau di Bandung. Rencana pembangunan dan menata kota ini dirancang benar-benar terpadu, hal tersebut adalah produk dan olah pikir dari Thomas Karsten sehingga rencana ini dikenal dengan Kasten Plan.

IOranje Boulevard komplek pegawai Hindia Belanda (Jalan Dipenogoro) Sumber: Wikipedia.com
IOranje Boulevard komplek pegawai Hindia Belanda (Jalan Dipenogoro) Sumber: Wikipedia.com

Setelah diresmikannya komisi pembangunan ini, dimulai dari tahun tersebut pembangunan Bandung sangat masif dan sangat gencar dilaksanakan guna mendukung untuk dijadikannya pusat pemerintahan. Pada awal abad ke-20 ini banyak sekali intansi yang dipindahkan dan dibangun seperti pusat kemiliteran yang di pindahkan ke kota Cimahi untuk pengamanan Bandung, pembangunan rumah sakit Juliana, komplek pegawai Hindia Belanda, Stasiun, peluasan wilayah dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi dikarekanakn Kasten Plan ini dirancang hingga 20 tahun kedepan, sekitar hingga tahun 1940-1950.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun