Oleh : Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan
Momentum Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025 adalah titik "kick off" bagi PCNU Indramayu, di bawah kepemimpinan Rois Syuriah, KH.Ahmad Baedowi, dan ketua Tanfidziyah, KH. Mustopa untuk menandai masuknya NU ke ruang kesadaran baru, sebuah ruang literasi statistik bagi warga NU.
H. Dedi Wahidi, Anggota Fraksi PKB komisi X DPR RI bersama salah satu mitra kerjanya, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) membuka ruang kesadaran baru tersebut dalam acara sosialisasi peningkatan literasi statistik tentang "Sensus Ekonomi" di Hotel Swiss Bellinn, Indramayu (Rabu, 8/10/2025).
Inilah aksesibilitas ruang kesadaran baru yang dibawa H. Dedi Wahidi ke dalam ekosistem sosial NU Â Indramayu, satu sisi dalam teori politik Prof Mariam Budiardo ia sebagai representasi politik (DPR RI) menjalankan fungsi artikulasi dan agregasi politik dalam relasi representasi politik - bukan tentang "political playing" pragmatis.
Di sisi lain, dalam teori transformasi kebudayaan (Alm) Prof Umar Kayam, ini bukan sekedar menarik NU dari "pinggir" ke "tengah" tapi mengajak NU ke ruang "percakapan" baru tentang problem sosial ekonomi dan kemiskinan dari sudut literasi "kitab" statistik, kelak sefasih membaca "kitab kuning" dalam tradisi pesantren NU.
Artinya, acara di atas bukan sekedar melibatkan elemen elemen PCNU Indramayu dalam konteks "sosialisasi" program, yang terus terang selama ini kesadaran literasi statistik tidak familier dalam ekosistem kerja kerja ke NU an yang lahir dari "DNA" pesantren
Ini ruang kesadaran baru hendak menarik keterlibatan generasi muda NU lewat seleksi PCNU indramayu tentu dengan standart kualifikasi BPS untuk menjadi bagian kerja profesional sensus ekonomi, pertanian dll. Ini mungkin dalam konteks PCNU yang pertama kali di Indonesia.
Ruang kesadaran baru ini penting untuk bekal membaca peta demografi kabupaten ndramayu yang agak "aneh", pemimpinnya hanya "ngedabrus" tidak "beberes", Â satu sisi Indramayu kabupaten terkaya se "Ciayumajakuning", bahkan terkaya ketujuh di Jawa Barat dengan PDRB 54 juta/kapita/tahun (Data BPS - "RRI.co.id, 18/6/2025).
PDRB adalah "Produk Domestik Regional Bruto", artinya nilai total seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam jangka waktu satu tahun di mana Indramayu dengan PDRB sebesar 54 juta/kapita/tahun, sekali lagi, terkaya ketujuh di Jawa Barat
Ironisnya, angka kemiskinan di Indramayu merujuk data BPS - Maret 2025, justru paling tinggi atau termiskin di Jawa Barat sebesar 11,93% alias 236 ribu orang. Â Disebut miskin karena 236 ribu orang tersebut berkemampuan maksimal mengais ngais rejeki (Standart BPS) hanya di bawah 20 ribu/per hari/per orang.