Mohon tunggu...
Adiyat Basnur
Adiyat Basnur Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya suka bakso

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Setelah April Mop yang Melelahkan

2 April 2012   21:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu episode paling krusial di awal tahun 2012 ini telah dilewati. Episode yang melibatkan berbagai kalangan dalam pembahasan kenaikan harga BBM telah menghasilkan berbagai kisah. Baik itu kisah perjuangan penolakan harga BBM yang dilakukan oleh mahasiswa sampai tensi panas di sidang paripurna DPR. Segala sesuatu tersaji untuk dilihat dari televisi di rumah-rumah dan foto-foto yang menghiasi headline surat kabar.

Mari kita mulai dengan demo yang dilakukan oleh mahasiswa, buruh dan berbagai kalangan masyarakat lainnya. Mereka melakukan demo besar-besaran agar rencana kenaikan BBM dibatalkan. Serentak di berbagai wilayah di Indonesia mereka melakukan demonstrasi. Jumlah pendemo pun tidaklah sedikit. Dan hal yang patut kita angkat topi adalah energi mereka untuk melakukan aksinya tidak ada matinya(mungkin menerapkan hukum relativitas e= m.c²). Walaupun berhadapan dengan pagar super kokoh, tapi mereka mampu menjebolnya. Walaupun harus berlarian karena tembakan gas air mata, tapi semangat mereka belum runtuh. Dan walaupun beberapa ditangkap karena ditengarai melakukan aksi anarkis, yang lain tidak patah arang. Sangat luar bisa, jumlahnya mungkin dapat dihitung tapi menghitung perjuangan mereka, tidak ada satu alat pun di bumi ini mampu mengukurnya(semoga ada ilmuwan jenius dari Indonesia yang menekukannya).

Namun dalam aksi demonstrasi tersebut tidak hanya terlihat rakyat biasa. Pemimpin yang memegang amanah dari rakyat pun ikut terlihat. Walaupun Cuma berada di tengah-tengah kerumunan massa, kehadiran mereka menjadi pelecut moral bagi para pendemo. Walaupun dapat teguran dari Mendagri sekalipun, para kepala daerah atau wakilnya tetap berada di sisi rakyatnya yang protes. Dan walaupun di antara para demonstran tersebut tidak ada kepala daerah atau wakilnya, surat penolakan kenaikan BBM yang mereka tanda tangani cukup menjadi setitik cahaya yang memberikan harapan bagi rakyatnya.

Di sisi lainnya, kita patut memuji kinerja aparat pemerintah yang tetap fight mengawal aksi demo(semoga Briptu Eka tidak terluka) . Bahkan seorang aparat yang terluka akibat tindakan tidak bertanggung jawab saat demo masih tetap berjuang dimana seharusnya ia dapat bersantai di kasur empuk rumah sakit. Walaupun kelelahan mendera, para aparat keamanan tetap melaksanakan tugas untuk mengawal aksi tersebut. Sungguh suatu pekerjaan mulia yang mereka lakukan.

Dan di dalam gedung dimana dilaksanakan sidang paripurna cukup memberikan gambaran bahwa anggota DPR bekerja. Saya saya tidak tahu yang mana anggota DPR yang benar-benar memperjuangkan suara rakyat tapi dengan melihat ruangan yang dipenuhi anggota DPR saja saya sudah cukup senang. Biasanya saya hanya melihat beberapa kursi saja yang terisi. Namun hari itu hampir tidak ada kursi yang kosong. Baguslah kalau dalam rapat apapun kehadiran anggota DPR bisa sepertiitu. Anak SD saja jarang ada yang membolos ke sekolah.

Setelah April Mop, ada hal yang saya sangat syukuri(mungkin lebih tepatnya syukurin). Para penimbun BBM akhirnya hanya terpaku menatap langit ketika kenaikan ditunda. Cukup memberikan pelajaran bagi orang-orang licik tersebut. Saya masih membayangkan betapa melongonya mereka dengan keputusan tersebut. Pasti wajahnya sangat lucu. Bahkan saat menulis artikel inipun saya tersenyum simpul(untung bukan di warnet. Bisa dibilang gila mungkin).

Dan saya tersenyum lebih lebar ketika para penimbun BBM yang telah tertangkap mengetahui harga BBM ditunda kenaikannya. Sudah capek-capek nimbun, main petak umpet, tertangkap, barang disita, tidak jadi naik. Sudah jatuh, tertimpa tangga, didudukin gajah, dikentutin harimau, serta kemasukan lalat dari lubang hidungnya. Begitulah resiko mencari nafkah dengan cara tidak halal(walaupun BBM juga tidak halal untuk dikonsumsi).

Hal lain setelah April Mop berdarah ini yakni taksiran kerugian yang dialami banyak pihak. Mungkin sebagian kita berpendapat bahwa kerugian cuma karena infrastrukur yang rusak. Tapi bukan itu. Banyak sekali pabrik tidak berproduksi karena buruhnya demo, banyak barang dari kawasan berikat tidak bisa diekspor, banyak sekali mutasi barang terhambat dengan pemblokiran jalan, belum lagi kerugian pihak sipil yang menjadi pelanduk saat du gajah(pendemo dan aparat) saling berhantaman. Jika itu jutaan rupiah, mungkin tidak terlalu dipermasalahkan. Tapi ini ratusan milyar, kawan. Saya saja megang uang 12 juta cuma sekali, itupun disetor ke bank lagi karena uang tadi untuk mendaftar ulang. Luar biasa kerugian yang ditanggung.

Hal yang sangat luar biasa setelah penundaan kenaikan BBM ini adalah TIDAK ADA LAGI PERBEDAAN STATUS SOSIAL KENDARAAN. Bayangkan, mobil Audi, CR-V, Alphard, Pajero, yang merupakan mobil mewah bahu-membahu bersama bajaj menegak nikmatnya premium. Sungguh menyatukan mobil dari berbagai kelas. Apa mungkin si pemilik mobil mewah tidak mampu lagi membeli pertamax? Beli mobil saja sanggup, nomor polisinya ada yang satu angka lagi, masa minumnya premium. APA KATA DUNIA???

Maaf bila seandainya ada pemilik mobil mewah yang tersinggung dengan tulisan saya(tulisan ini anak baik-baik kok. Rajin sholat dan suka menabung), bukan karena saya iri karena ke kampus saja jalan kaki tapi apa kalian punya hati nurani? Orang berjuang mati-matian agar BBM tidak naik, eh anda yang hanya duduk di depan televisi memantau siapa yang tewas menikmati hasil yang tidak sepantasnya untuk anda.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun