Mohon tunggu...
Aditya Wiratama
Aditya Wiratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo nama saya aditya wiratama

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pencapaian Film Pendek "Berdoa, Mulai"

22 Maret 2023   12:23 Diperbarui: 22 Maret 2023   12:27 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah produksi atau proses pembuatan film, tentunya tak dipungkiri untuk menghadapi sebuah rintangan atau kesulitan yang terjadi dalam prosesnya. Pada pra produksi film pendek "Berdoa, Mulai", Muslikha dan crew cukup kesulitan untuk mencari talent yang cocok dengan pemeran utama. Seperti yang dikatakan oleh Muslikha, "Untuk Pra produksi kesulitannya ada pada mencari talent, lalu pada akhirnya menggunakan teman untuk memainkan peran tersebut. Untungnya wajah teman saya masih keliatan kaya orang non-muslim. Sampai pada suatu ketika dalam penayangan alternatif, ada penonton yang bertanya mengenai Ruth. Bertanya apakah Ruth memang beneran non-muslim ? karena wajahnya terlihat pas dan cocok".

Selain mencari talent yang cocok, mereka juga kesulitan dalam mencari peralatan untuk kebutuhan produksi. Karena di Cirebon sendiri, tidak memiliki tempat penyewaan alat yang lengkap. Sehingga Muslikha sebagai produser memberikan arahan untuk menyewa peralatannya di luar kota. Hal ini tentu saja memakan lebih besar biaya produksi. Lalu saat melakukan survey lokasi, terdapat kendala dimana jadwal produksi yang sudah dibuat berbenturan dengan kegiatan lain yang ada di tempat yang akan dilakukan produksi.

Pada proses produksi film pendek "Berdoa, Mulai" terdapat kesulitan pada divisi sound. Dimana pada lokasi pembuatan film tersebut, terdapat sebuah pembangunan yang mengganggu pada suara-suara yang ada. "Akhirnya dilakukan voley dan dubbing untuk gangguan suara yang masuk." Ucap Muslikha. Lalu terdapat sebuah adegan yang dimana seharusnya diperankan oleh anak kecil namun harus diganti dengan crew yang berusia remaja. "Kalau anak kecil kan memang cukup sulit ya untuk di direct, karena mereka selalu meminta jajan dan ini itu yang lain. Ditambah lagi kebetulan sutradara kita tidak terlalu suka dengan anak kecil, sehingga tidak ingi mengambil pusing dengan yang terjadi. Jadi yang mainnya crew sendiri" gurau Muslikha dalam proses wawancara.

Pada post produksi juga terdapat sebuah kendala yang berkelanjutan dari tahap sebelumnya. Yaitu mereka harus melakukan dubbing dan voley untuk scene yang mendapatkan suara gangguan dari pembangunan di lokasi saat itu. Lalu juga terdapat banyak continuity yang berantakan pada scene meja makan. Sehingga banya shot yang dibuang atau tidak digunakan. Pada scene meja makan terdapat banyak shot sehingga memang terdapat tantangan yang sulit dalam mempertahankan continuity pada film tersebut. Hingga akhirnya, Muslikha dan Tanzilal memutuskan untuk membuang beberpaa shot.

Distribusi Film

Pada proses distribusi yang dilakukan oleh Muslikha, banyak membuahkan hasil yang membanggakan. Seperti memenangkan sebuah festival film besar, masuk kedalam official selection Festival Film Indonesia (FFI) hingga nominasi di sebuah Festival film Internasional, yaitu Madani International Flm Festival. Dalam proses distribusinya, Muslikha melakukan pencarian informasi terhadap acara festival atau penayangan alternatif dari berbagai sumber. Salah satunya media sosial, seperti yang dikatakan oleh Muslikha "Karena saya rajin mengikuti informasi dari akun-akun yang berkaitan dengan festival film dan penayangan alternatif di sosial media. Dan berdasarkan informasi disana, saya sering mensubmit."

Dalam sebuah distribusi, tentunya tidak selancar seperti yang sudah direncanakan. Didalamnya tedapat sebuah kegegalan dan penolakan dari berbagai festival atau penayangan film alternatif. "Pada awalnya memang sangat merasa patah hati karena tidak lolos submisi. Banyak pikiran seperti mempertanyakan apakah film saya jelek ? tapi suatu saat saya berbincang dengan teman saya, dan mengatakan barangkali buka filmnya yang jelek. Barangkali submisinya ditolak karena tidak cocok dengan tema festival yang diangkat." Kata Muslikha menanggapi kegagalan yang ia hadapi. Pada dasarnya juga, memang banyak festival film yang mengangkat tema yang beragam ataupun segmented. Sehingga pada proses kurasinya, terdapat film-film yang tidak masuk ke dalam kategori-kategori pada festival film tersebut.

"Berdoa, Mulai" juga telah ditayangkan di berbagai media, seperti platform streaming hingga penayangan alternatif. Dalam kesempatan penayangan tersebut, Muslikha sebagai produser merasa sangat senang dan takjub dengan respon positif yang diberikan oleh menonton. Hal ini menjadi sebuah pacuan bagi Muslikha untuk lebih memperbanyak layar untuk film pendek "Berdoa, Mulai".

Film pendek ini sudah memenangkan berbagai macam festival di Nasional maupun Internasional. Namun terdapat beberapa pernghargaan yang berkesan pada film "Berdoa, Mulai" diantaranya "Panasonic Young Filmmaker", "Genflix Film Festival", "Jakarta Film Week", dan juga "Madani International Film Festival".

Kesimpulan

Film pendek "Berdoa, Mulai" menjadi representasi tentang toleransi dari perspektif minoritas. Secara keseluruhan, film yang mengangkat isu toleransi dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu masyarakat untuk lebih memahami dan menghargai perbedaan dalam masyarakat. Film dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang keragaman dan keberagaman masyarakat Indonesia, serta menginspirasi orang untuk hidup bersama dengan saling menghargai dan menerima perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun