Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudahkah Dipikirkan Masak-masak untuk Pindah ke Negeri Sakura?

26 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 27 Maret 2024   12:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pekerja melewati pasar Ueno, Tokyo pada Desember 2022. Sebagian besar warga Jepang terbiasa bekerja dalam waktu panjang di satu tempat kerja. (AFP/RICHARD A BROOKS)

Di era globalisasi saat ini, bisa dibilang tidak ada lagi batasan yang jelas antar negara dan wilayah. Kita dapat dengan mudahnya mengunjungi suatu daerah, tanpa harus ribet dengan permasalahan pengurusan dokumen, penyiapan perbekalan dan mempelajari bahasa setempat untuk dapat berkomunikasi serta berinteraksi. 

Informasi yang demikian mudahnya kita terima dari berbagai sumber misalnya podcast, website ataupun juga laman-laman biro perjalanan, membuat kita mengenal berbagai daerah walaupun belum pernah menginjakkan kaki disana.

Kecanggihan media dalam membungkus informasi menjadi kunci utama dalam menarik masyarakat untuk mengunjunginya secara offline atau melakukan perjalanan guna memenuhi hasrat untuk dapat menikmati sebagaimana informasi yang dia dapat secara virtual. 

Bahkan media dapat mengolah beragam informasi tentang suatu tempat yang sebenarnya biasa-biasa saja, menjadi sangat menarik, apalagi didukung dengan beragam foto foto yang diambil dengan angle yang terbaik serta review video-video yang menarik perhatian para pemirsa.

Demikian juga ketika kita melihat sebuah negara di Asia Timur yang bernama Jepang. Sependek yang saya tahu, ketika kita melihat dan membaca beragam informasi tentang Jepang dari bermacam macam platform media mulai dari informasi pariwisata di Jepang yang disajikan berbagai biro perjalanan atau travel, kemudian dari website-website yang mengulas tentang budaya Jepang, dan juga cerita-cerita podcast yang diupload di youtube tentang kehidupan di Jepang.

Secara umum, memang terlihat sangat menarik dan bahkan bisa memicu hasrat, minimalnya untuk berkunjung di tempat-tempat wisata di Jepang atau kalau ngga ada keinginan untuk mencari nafkah di negara sakura.

harianesemarang.com
harianesemarang.com

Informasi di media biasanya mengulas tentang seputar kehidupan di Jepang yang dicitrakan harmoni antara tradisi yang kaya dan teknologi yang canggih. Negara ini dipromosikan media dengan budaya yang sangat terstruktur, disiplin yang tinggi, dan terkenal akan keindahan alam. 

Daya tarik lainnya yang dieksplorasi media adalah pada pemandangan kota-kota metropolitan seperti Tokyo dan Osaka yang mencerminkan kemajuan teknologi yang luar biasa, dengan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan sistem transportasi yang efisien. 

Di sisi lain juga dipublikasikan dan dinarasikan bahwa di tengah gemerlapnya kota, warisan budaya Jepang masih tetap terasa sangat kuat di mana masih terjaga dan terawatnya kuil-kuil kuno serta taman-taman tradisional yang menyajikan kedamaian di tengah hiruk pikuk perkotaan.

Ada juga penggambaran yang massif kita temui di media media tentang kualitas kehidupan sehari-hari di Jepang yang tercermin dalam rutinitas yang teratur dan rasa hormat yang mendalam terhadap orang lain. 

Etika sopan santun seperti mengucapkan salam dan membungkuk masih sangat dijunjung tinggi, bahkan dalam interaksi sehari-hari. Masyarakat Jepang juga sangat menghargai kerja keras dan dedikasi, yang tercermin dalam budaya kerja yang disiplin dan komitmen terhadap kualitas. 

Sedikit menggarisbawahi tentang etika sopan satun di Jepang, saya sendiri kurang sependapat kalau budaya membungkuk sebagai tanda menghormati orang lain menjadi dasar penilaian sopan tidaknya sebuah bangsa karena penilaian semacam ini sifatnya relatif dan belum menggambarkan sifat dan sikap manusia secara global dan komprehensif. 

Lebih mengerucut lagi terkait daya tarik di Jepang khususnya untuk bidang ekonomi adalah menjanjikannya tingkat upah, salary dan take home pay untuk pekerja di Jepang. Sehingga membuat banyak orang khususnya dari negara-negara dunia ketiga yang ingin mengadu nasib di Jepang demi mendapatkan penghasilan yang niainya cukup fantastis, jika dibandingkan dengan income yang dia terima di negaranya apalagi jika dibandingkan dengan kurs mata uang di negaranya.

Namun demikian, untuk mendapatkan penghasilan atau gaji yang fantasispun ada banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah 

  • Tingkat persaingan bursa tenaga kerja ketat, apalagi untuk bidang-bidang pekerjaan yang memerlukan tingkat skill tertentu dan memadai. 

Jangan berharap bisa dapat kerja di Jepang, jika tidak memiliki skill yang dibutuhkan di Jepang, alih-alih mengadu nasib untuk kehidupan yang layak malah menjadi gelandangan dan terlunta-lunta di Jepang.

  • Tuntutan target output/hasil kerja terbilang tinggi. 

Kita mengenal semangat kerja orang Jepang itu sangat tinggi dan memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan. Standar yang tinggi ini, selalu menjadi problematika bagi para pekerja imigran yang harus meningkatkan semangat dan etika kerjanya paling tidak sama dengan orang Jepang. bisa dibilang tidak ada waktu untuk santai-santai di tengah jam kerja.

  • Biaya hidupnya juga terbilang mahal. 

Memang betul, gaji dan upah pekerja di Jepang, jika dinilai denga kurs rupiah pastilah sangat fantastis, namun rekan-rekan jangan lupa bahwa biaya hidup di Jepang itu terbilang sangat mahal, apalagi di kota kota besar seperti Tokyo dan Osaka.  

  • Perbedaan budaya yang tajam 

Culture atau budaya Jepang dengan Indonesia sangat banyak perbedaannya sehingga bagi sebagian orang Melayu yang pindah atau kerja di Jepang pasti mengalami culture shock. Mulai dari budaya di tempat kerja, budaya antre di layanan sektor publik, hingga budaya bertetangga di Jepang. 

Selain itu terdapat anomali budaya di Jepang yang jarang diekspos yaitu kehidupan hedonisme di masyarakat perkotaan Jepang dan Jepang adalah salah satu sentra industri pornografi dunia.

  • Perbedaan iklim dan cuaca

Walaupun ini minor pengaruhnya, namun di awal-awal perpindahan pastilah menjadi salah satu problematika bagi kita, khususnya Indonesia utamanya ketika musim dingin tiba. Butuh penyesuaian beberapa waktu agar tubuh bisa adaptasi dengan lingkungan.

Secara keseluruhan, kehidupan di Jepang adalah perpaduan unik antara tradisi dan modernitas, antara kerja keras dan estetika yang indah, menciptakan pengalaman yang kaya dan beragam bagi siapa pun yang memutuskan untuk menjelajahinya. 

Namun demikian, perlu kiranya untuk dipikirkan matang-matang jika ingin tinggal dan menetap di sana, musti banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk mempersiapkan segala kemungkinan buruk apabila sudah memutuskan hidup di Jepang. 

Seperti pepatah bilang jangan terjebak dengan gambaran yang baik-baik saja di negara tetangga seperti "rumput tetangga lebih hijau", selalu kedepankan cek dan ricek serta berpikir logis dan kritis agar tidak menyesal di kemudian hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun