Perkembangan jaman yang terbilang sangat cepat, diikuti dengan perubahan sosial yang cukup tajam mengakibatkan kita sebagai manusia dituntut untuk bisa beradaptasi dengan cepat. Namun demikian tidak sedikit pula, manusia yang tidak mampu mengikuti perubahan dan tertatih tatih dalam beradaptasi.
Pengaruh tidak seiringnya antara perubahan sosial ekonomi teknologi dan budaya dengan kemampuan manusia dalam beradaptasi sangat beragam, mulai dari yang tingkat rendah misalnya saja tempo kerja yang makin cepat menyebabkan manusia mudah kehilangan nutrisi sehingga mudah lelah, hingga pengaruh beratnya terhadap manusia yang sampai pada taraf kegoncangan jiwa (mudah marah, sulit tidur hingga gangguan jiwa akut mendekati kata gila atau stress tingkat tinggi)
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan multi fungsi dengan kemampuan melakukan adaptasi yang paling sempurna diantara makhluk ciptaanNya, qadarullah bisa menyatu dengan beragam kondisi. Pada titik tertentu, hukum alam mendorong terjadinya evolusi baik secara gradually ataupun secara ekstrim. Pada kondisi ekstrim inilah, sebagian dari umat manusia mengalami goncangan jiwa dan membutuhkan sesuatu untuk bisa bertahan dari perubahan tersebut.
Pegangan inilah yang kita sadari atau tidak, selama ini sudah diberikan berdampingan dengan manusia sejak pertama diberikan mandat Yang Maha Kuasa untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Betul sekali, agama menjadi jawaban tepat bagi kita, manusia dengan jiwa-jiwa yang rapuh ini bisa bertahan di bumi ini dengan beragam problematika dan perubahan sosial yang ada sejak awal bumi ini dititipkan kepada manusia hingga saat ini.
Berbagai problematika dan tuntutan jaman ini yang bertubi tubi mender akita, serasa masuk memenuhi dada dan pikiran kita. Jika kita tidak bisa menahannya, maka perlu sesuatu untuk bisa menetralisirnya, seperti Menara yang dihujani petir di musim hujan, akan selamat Ketika Menara itu punya penangkal petir yang mampu membuang sengatan petir ke bumi. Penangkal petir inilah yang kita sebut sebagai agama, dan proses membuang sengatan listrik dari petir ini ke bumi adalah yang kita sebut sebagai dzikir.
Dzikir yang kita lakukan layaknya meditasi menetralisir gejolak jiwa  akibat hunjaman beragam problematika ini. Dzikir yang diikuti dengan doa kepada Sang Khaliq akan membuat hati kita lebih tenang dan menjadi sarana untuk menciptakan hubungan yang era tantara makluk ciptaannya dengan sang penciptanya.Â
Dzikir sebagai sarana mengingat Sang Khaliq juga menjadi cara untuk "Caper" Cari Perhatian dan mohon diperhatikan dari Sang Pencipta Alam Semesta, sehingga berkenan untuk membatu kita dengan memberikan ketenangan, ketabahan dan insyaallah jalan keluar yang tidak kita sangka-sangka.
Dzikir yang dilakukan secara khusyu, mendalam dan tingkat pemahaman yang akurat, akan memberikan efek menurunkan gejolak jiwa, menurunkan tensi tekanan batin serta menjadi sarana menurunkan tekanan adrenalin secara sehat dan murah. Sebagai pengingat saya pribadi dan untuk rekan-rekan semua, agar menjadikan dzikir sebagai sarana menjaga frekuensi interaksi dengan Sang Khaliq, menetralisir beragam problematika yang menghujam jiwa kita sehingga kita akan tetap bisa survive dengan beragam perubahan jaman yang sangat cepat.