"Memiliki keinginan dan kebutuhan adalah hal yang manusiawi, bukan sebuah kejahatan. Belajar untuk menetapkan batasan (boundary) yang sehat bukanlah tindakan egois, melainkan bentuk tanggung jawab atas kesejahteraan diri sendiri. Hanya dengan diri yang 'utuh' dan terpenuhi kebutuhannya, kita bisa benar-benar hadir dan membantu orang lain dengan tulus dan berkelanjutan," tambah Kasandra.
Proses pemulihannya adalah proses belajar untuk kembali mendengarkan dan memvalidasi suara diri sendiri. Itu bisa dimulai dari hal kecil: berani menolak permintaan, meluangkan waktu "me-time" tanpa rasa bersalah, atau meminta bantuan. Terapi psikologis seringkali diperlukan untuk membongkar keyakinan dasar yang sudah tertanam sangat dalam.
Pengorbanan yang sejati tidak seharusnya mensyaratkan penghapusan diri. Ada perbedaan besar antara memberi yang lahir dari kelimpahan hati dan memberi yang lahir dari rasa takut dan kekurangan. Mencintai orang lain dan bertanggung jawab pada kebahagiaan mereka adalah sebuah kebajikan, tetapi bukanlah sebuah kewajiban mutlak yang harus dibayar dengan mengorbankan kemanusiaan dan hakikat diri sendiri.
Belajar untuk ramah pada diri sendiri bukanlah pengkhianatan terhadap orang lain, melainkan sebuah rekonsiliasi dengan bagian diri yang paling otentik yang telah lama terabaikan. Pada akhirnya, kita tidak bisa menuangkan air dari cangkir yang kosong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI