Rokok sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Dari apa yang disampaikan dr. HM Subuh, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan, ada tiga alasan utama kenapa jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat. Pertama, banyaknya iklan rokok yang beredar. Kedua, akses yang mudah untuk beli rokok. Dan ketiga, harganya yang terjangkau. Angka perokok di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun. Misalnya, di tahun 2022, jumlah perokok itu sekitar 28,26%, dan kemudian melonjak jadi 28,99% di tahun 2024. Sebuah angka yang cukup signifikan.
Dengan semakin banyaknya  jumlah perokok diimbangi dengan angka kematian terkait rokok juga ikut meningkat. Setiap tahunnya, sekitar 225.700 orang di Indonesia kehilangan nyawa akibat rokok. Dan bukan hanya kesehatan fisik yang terancam, kesehatan mental pun bisa terkena dampaknya. Ini semua karena kandungan zat-zat dalam rokok yang bisa berpengaruh pada mental seseorang, termasuk perokok itu sendiri.
Salah satu zat berbahaya yang ada dalam rokok adalah nikotin. Zat ini memberikan efek dopamin pada otak, yang bikin perokok merasa tenang, bahagia, dan nyaman saat merokok. Makanya, banyak yang akhirnya ketagihan. Mereka bahkan rela melakukan apa saja demi mendapatkan rokok. Tanpa disadari, perilakunya bisa jadi lebih agresif dan gampang marah saat harus menahan diri untuk tidak merokok.
Dampak negatif lain yang sering muncul adalah perubahan mood. Misalnya, saat merokok, mereka merasa lebih tenang, tapi ketika tidak merokok, bisa jadi lebih pemarah. Hal ini berkontribusi pada depresi, dengan penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30% perokok mengalami masalah depresi.
Dan yang menarik, merokok juga bisa mengubah gaya hidup seseorang. Seseorang yang awalnya perokok pasif sering kali bisa beralih jadi perokok aktif, terutama jika lingkungan sekitarnya dipenuhi oleh perokok. Ada juga stigma yang menyatakan bahwa merokok itu bikin seseorang terlihat lebih keren.
Jadi, dengan angka perokok yang terus meningkat setiap tahun, disebabkan oleh berbagai faktor seperti banyaknya iklan, akses yang mudah, dan harga yang terjangkau, dampak negatifnya bukan hanya sekadar masalah kesehatan fisik, tapi juga mental, seperti kecanduan, perubahan perilaku, dan risiko depresi. Lingkungan sosial dan pandangan masyarakat yang mendukung kebiasaan merokok ini juga berperan dalam peningkatan jumlah perokok, baik yang aktif maupun yang pasif. Ini semua menunjukkan bahwa kita perlu lebih serius untuk mengendalikan konsumsi rokok di Indonesia supaya kita bisa mengurangi dampak buruknya.
                   Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI