Mohon tunggu...
Adit Tian
Adit Tian Mohon Tunggu... Lainnya - Profil diisi apa sih?

Belajar menjadi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

#KalahkanJarak Bersama Tri, Tetap Produktif Walau dari Desa

15 Juli 2020   00:52 Diperbarui: 15 Juli 2020   00:45 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awalnya semua negara di muka bumi ini hidup dengan damai, namun semua berubah saat wabah covid-19 menyerang. Virus yang mewabah dan menjadi pandemi ini benar-benar mengubah keseharian kita sebagai manusia. Hampir semua sektor terguncang dengan adanya pandemi ini, kecuali rasa cintaku padanya yang tetap stagnan walau sampai saat ini masih belum juga terbalaskan. 

Semua orang pasti merasakan dampaknya. Kalau kata gamer bilang, "damage-nya gede". Ada yang kehilangan pekerjaannya seperti aku, ada yang usahanya harus tutup, anak sekolah harus belajar dari rumah dan masih banyak sekali dampak lainnya.

Di saat menganggur seperti ini, pengeluaran tidak diimbangi dengan pemasukan. Dompet menipis, hati seperti diiris-iris, mata ingin menangis, sungguh miris! Seberapa pun kita menghemat kalau tidak ada pemasukan lama-lama habis juga. Jangan lupakan juga kebutuhan internet. Aku yang menyelamatkan dunia dengan rebahan tidak bisa menekan penggunaan internetku. 

Malah cenderung naik jika dibandingkan dengan saat keadaan normal. Wajarlah ya, hidup dalam kegabutan, drama Korea begitu menggoda untuk ditonton juga sekali-kali stalking mantan karena belum move on. Dalam sehari, aku bisa mengonsumsi data lebih dari 2GB untuk membuang kegabutan.

Tapi lama-lama jenuh juga. Selain itu, jelas aktivitas konsumtif begini tidak bisa terus dibiarkan. Sembari menonton YouTube kadang aku berpikir, daripada menghabiskan waktu hanya untuk menjadi penikmat konten, kenapa tidak mencoba untuk membuat konten. Benar juga, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak teman-teman yang ada di desaku untuk membuat channel YouTube. 

Karena kita dalam kegabutan yang sama, kami sepakat dan mulai mencobanya. Kami mengajak siapa saja yang mau untuk bergabung dan terkumpul lah beberapa orang baik dari yang masih sekolah hingga korban PHK seperti aku dan dua temanku. Prinsip kami adalah "Siapa saja yang mau, ayo berjuang bersama". 

Diskusi mengenai channel/dokpri
Diskusi mengenai channel/dokpri

Yang pertama kami lakukan adalah mencari nama yang pas untuk channel kami. Setelah berunding dan dirumuskan dengan matang, akhirnya kami memutuskan menamai kanal YouTube kami dengan nama Simbok Biyung. Hal ini dilatarbelakangi oleh kami semua yang masih belum ada yang menikah dan masih sangat bergantung dengan orangtua, terutama Ibu. Kami, anak Simbok Biyung kemudian memulai dengan konsep apa yang akan ada di kanal. Channel YouTube Simbok Biyung di sini. Jangan terpesona melihat jumlah view-nya, maklum kami baru memulai.

Pertama, kami ingin menggunakan bahasa daerah asal kami yaitu Bahasa Jawa berlogat ngapak. Alasannya adalah karena kami ingin tetap melestarikan bahasa daerah kami. Bule-bule dari luar negeri saja banyak yang tertarik dan belajar budaya daerah di negeri kita, masa kita yang warga asli malah tidak mencoba melestarikannya. Kan kebalik. Kalau lama-lama hilang bagaimana? Menyedihkan sekali...

Kedua, kami ingin membuat konten tanpa sebuah gimmick. Memang harus diakui, cara paling cepat untuk naik adalah dengan menambahkan 'gimmick'. Tapi kami merasa, itu tidak keren. Agak idealis memang. Selain itu, kami juga ingin membuat konten untuk mengenalkan budaya dan pelajaran daerah kami yang mulai dilupakan. Memangnya siapa yang mau dilupakan?

Setelah itu kami mulai membuat video pertama untuk kanal kami yaitu sebuah film pendek. Kami sepakat memberi nama film pendek kami dengan nama 'Bujang Desa' karena semua pemainnya adalah laki-laki. Kami pun mulai merekam dengan peralatan seadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun