Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi Harga Dan Strategi China Menguasai Perdagangan Dunia

10 Oktober 2025   17:09 Diperbarui: 10 Oktober 2025   17:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 "Toleransi harga" bukanlah sekadar istilah akademik. Ia menggambarkan batas psikologis konsumen terhadap harga suatu produk. Artinya, selama harga produk masih berada dalam batas kemampuan ekonomi dan harapan mereka , meski kualitasnya tak sempurna,  mereka akan tetap membeli, bahkan dengan rela.

Kita bisa melihatnya setiap hari. Banyak orang lebih memilih mengganti charger ponsel seharga Rp25 ribu daripada memperbaikinya. Padahal mereka tahu, umur pakainya mungkin cuma beberapa bulan. Tapi tidak masalah , harga murah berarti risiko kecil.

Dalam ekonomi perilaku, ini disebut price elasticity of demand: semakin rendah pendapatan seseorang, semakin sensitif ia terhadap kenaikan harga. Data World Bank (2023) menunjukkan lebih dari 60% populasi dunia berada dalam kelompok berpendapatan menengah ke bawah, kelompok yang sangat peka terhadap harga. Inilah ladang pasar raksasa bagi strategi "toleransi harga".

Menguasai Ilmu Toleransi Harga Berarti  Menguasai Dunia

 "Siapa yang menguasai ilmu toleransi harga, akan menguasai pasar dunia." Karena dengan menyentuh konsumen dengan toleransi harga maka konsumen akan dengan rela membeli suatu produk . Karena itulah batas maksimal kemampuan mereka dalam membelanjakan pendapatannya.

China paham betul prinsip ini. Alih-alih berkompetisi membuat produk super-premium seperti Jepang atau Jerman, mereka memilih strategi kebalikan: menyesuaikan produk dengan daya beli mayoritas penduduk dunia.

Bagi China, pasar bukanlah orang kaya di New York atau Tokyo, tapi jutaan keluarga di Asia, Afrika, Amerika Latin --- mereka yang membeli produk bukan karena "prestise", tapi karena "perlu".

Menurut UNCTAD (2022), 70% ekspor manufaktur China masuk ke negara berkembang --- bukan negara maju. Artinya, China tahu betul siapa konsumennya dan seberapa besar "toleransi harga" yang mereka punya.

Strategi Harga yang Menyentuh Kemampuan Konsumen

Masyarakat yang bertoleransi harga kelas rendah sampai menengah biasanya memiliki sensitivitas harga yang tinggi. Yang artinya bila ada perubahan harga menjadi lebih mahal, mereka langsung merespon dengan mengurangi jumlah pembelian atau bahkan tidak jadi membeli. Dalam masyarakat jumlah mereka  mayoritas. Ini terdiri dari kelas menegah dan kelas di bawahnya. Jumlahnya bisa mencapai di atas 60 % dari populasi suatu Masyarakat atau negara.

China  memproduksi barang barang dengan harga tidak mahal.  Bukan tidak bisa membuat produk bagus, tetapi membuat produk dengan harga wajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun