Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merebut Kembali Perhatian Anak dari "Pelukan" Kecanduan HP

26 Mei 2021   05:47 Diperbarui: 26 Mei 2021   07:59 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan otak yang tinggi tetapi tidak tersalurkan  maka akan mencari keasyikan  lain. Yang mampu memuaskan rasa keinginan tahuannya . Dan inilah yang dipenuhi oleh HP dengan segala fiturnya. Maka orang tua harus bisa memfilter konten yang boleh dilihat dan yang tidak boleh  . Orang tua juga harus membatasi anak dalam menggunakan HP karena kalau sudah berelebihan akan mengabatkan kecanduan.

Seharusnya di era informasi ini mempermudah para orang tua untuk mengupdate diri dengan beragam ilmu dan informasi. Karena bila mau aktif mencari maka semua informasi yang dibutuhkan untuk menjadi orang tua yang ideal sudah ada.Tinggal klik semua informasi sudah tersaji  di depan mata melalui media internet.

Sebaliknya bila para orang tua sudah merasa cukup dengan ilmu yang ada, apalagi ilmu yang diwariskan para orang tuanya dulu, maka akan menemukan banyak kesulitan dan hambatan dalam mendidik anak anak. Karena jelas di era digital  ini semua bergerak dan berubah dengan cepat,  yang tidak menyesuaikan diri akan tertinggal dan kalah. 

Dan anak anak sudah memilki  modal awal yang berupa tingkat kecerdasan yang tinggi, sehingga akan mempermudah mereka menghadapi era digital ini. Tinggal orang tua mencukupkan ilmu agar bisa mengarahkan anak anaknya dengan baik. Itu semua hanya bisa dicapai jika orang tua terus menambah ilmunya, memperluas wawasannya. Sehingga bisa memahami apa yang dibutuhkan anak, dengan tepat. Bukan justru membiarkan anak jatuh dalam pelukan gadget yang dapat merusak fisik dan pikirannya apabila  belum siap.

Maka tepat apa yang disampaikan Khalil Gibran dalam puisinya, bahwa anakmu adalah bukan anakmu tetapi dia milik masa depan.  Mereka ibarat anak panah yang melesat ke masa depan. Maka orang tua harus mempersiapkan diri dengan    menguasai ilmu cara  menggunakan busurnya sehingga orang tua bisa membidik atau mengarahkan masa depan anak-anaknya  dengan tepat.

TELADAN YANG SALAH


Ada sebuah pepatah ,  "Children see, children do ". Apa yang anak anak lihat, maka akan mereka  lakukan. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak banyak belajar dengan cara menirukan situasi di sekitarnya. Jika anak sering melihat orang tua sibuk bermain gadget di rumah, besar kemungkinan anak juga akan tumbuh dengan kebiasaan yang sama

Terkadang orang tua mungkin sudah mengawasi penggunaan gadget secara maksimal di rumah. Namun, lingkungan pergaulan anak akan semakin meluas seiring bertambahnya usia. Pengaruh teman sebaya pun semakin lama akan semakin menguat. Tidak jarang terjadi anak menjadi kecanduan gadget karena mengikuti teman-temannya di sekolah atau teman sepermainannya di lingkungan sekitar rumah. Orang tua perlu mengenali berbagai kebiasaan dalam lingkungan pergaulan anak karena pengaruhnya dapat merembet pada anak kita.   

Menjadi teladan memang bukan hal yang mudah. Karena untuk menjadi teladan memerlukan kontinuitas. Dilakukan secara terus menerus. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dengan hati. Apa yang baik dan dilakukan dengan ketulusan hati maka sesuatu yang baik itu , akan mampu bertahan lama . Tanpa ada perasaan berat atau  terpaksa karena perbuatan itu memang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain. Tidak ada hal yang buruk yang  disembunyikan. Apa yang terlihat  itu juga yang ada di dalam hati.

Tentu lain halnya kalau sekedar memberi contoh. Yang dapat dilakukan kapan saja saat dibutuhkan.  Karena memberi contoh bisa dilakukan dalam waktu singkat. Setelahnya kembali lagi ke sifat atau kebiasaan aslinya.

Disinilah yang dirasa kurang dari orang tua. Mereka banyak berharap anak anaknya menjadi orang orang baik. Namun orang tuanya sendiri tidak bisa menjadi contoh bagaimana seharusnya menjadi orang baik . Tidak mungkin orang yang biasa melakukan kebiasaan yang tidak baik, mengharapkan anaknya menjadi orang baik. Itu sama saja mengharapkan keajaiban. Maka benarlah pepatah, yang mengatakan " Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun