Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Jawa Yang Sudah Kehilangan Ke-Jawa-anya

14 Juni 2019   21:36 Diperbarui: 14 Juni 2019   21:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Libur lebaran tahun 2019 ini saya pulang kampung ke tanah kelahiran saya di daerah Jawa Tengah tepatnya di Desa Sukorejo perasaan justru seperti saya sedang pulang ke kampung orang terasa asing bagi saya seperti Desa baru yang pertama kali saya kunjungi. Padahal ini tempat waktu kecil saya hidup bermain dengan teman teman dan tempat saya lahir.

Apakah saja kejadian yang membuat saya merasa asing didaerah kelahiran saya ini. Mari simak tulisan saya kalau bisa membacanya pelan pelan agar tidak salah tafsir tentang tulisan ini misalnya mengandung unsur membaik baikan atau memburuk burukan suatu daerah.

Yang pertama soal udara dan suasana pertama kali turun dari bus saya langsung kaget udara begitu dingin serasa didaerah asing mana ini, Dan seperti pertama kali datang ke tempat tersebut sampai sampai air juga dingin mau mandi dan wudhu pun merasa malas karena dingin sampai keseluruh tubuh mengigil dan merinding seperti sedang ketakutan gitu, Siang hari pun jaket tidak saya lepas karena hawa begitu dingin dulu saya tidak seperti ini masa kecil hidup di daerah ini.

Yang kedua keadaan suatu rumah ketika sore hari banyak rumah rumah warga yang pintu masih terbuka dan jendela juga masih terbuka Gordynya, Istri saya yang terbiasa hidup di tempat kelahiranya merasa aneh kok disini sampai malam pun pintu masih di buka ya rumah rumah warga padahal di Indramayu kalau mau maghrib semua sudah di tutup rapat, Saya mau jawab juga bingung wah iya ya kok masih buka karena saya juga sudah terbiasa hidup di bekasi rumah rumah warga pada tutupan semua pintu jendela seperti orang sedang berpergian keadaan seperti itu setiap hari mau ada orangnya dan tidak ada orangnya pun sama saja tutup pintu rapat.

Tapi kalau di daerah saya lahir di Desa Sukorejo pintu jendela terbuka menandakan bahwa sedang ada orang dirumah, Kalau tutupan semua berarti nanti bisa dikira sedang pergi. Ini semacam tata krama seandainya tiap hari tertutup pintunya dan orangnya di dalam rumah terus maka mereka akan jarang bersosialisasi antar tetangga jadi kerukunan NKRI bisa hancur gaes.

Yang ketiga keadaan dimana merasa tidak punya teman, seperti saya sedang punya salah dan dikucilkan, Hampir setiap hari saya mondar mandir ribet jalan jalan tidak ketemu teman teman waktu kecil benar benar seperti orang pendatang, Justru ditempat merantau malah lebih sering ketemu orang yang sudah saya kenal diperantauan misal sedang dijalan di rumah makan tiba tiba banyak yang menyapa terus saya berfikir sebenarnya saya itu orang mana, Dikota lain banyak kenalan , Di tempat lahir tidak sama sekali ketemu teman teman di tempat umum aneh atau memang gaya hidup sudah pada berubah ya.

Yang keempat lupa terhadap tradisi leluhur ada dua tradisi yang kemarin saya mulai di ingatkan, Pertama soal Tradisi Syawalan awalnya saya aneh kok ibu saya beli bungkus ketupat dari daun kelapa yang masih muda (Janur) lebaran kan sudah lewat hampir seminggu ada acara apa ya, Saya sudah biasa hidup di tempat istri saya Indramayu ya kalau bikin ketupat sama sambal goreng itu malam lebaranya dan di makan bareng sebelum sholat Id dan setelahnya, Tapi ini ibu saya kok beli ketupat setelah lebaran mau buat apa ternyata iya lupa ada Tradisi syawalan sudah begitu pagi pagi saya suruh berangkat syawalan ke Masjid tapi udara begitu dingin jadi malas akhirnya saya menolak dengan alasan malu hehe.

Tradisi yang kedua yang kembali saya diingatkan adalah Tradisi Turun Tanah bagi bayi, Ibu saya bertanya anak saya yang kedua sudah 7 Bulan sudah Turun Tanah Belum ? , Hah saya kira taruh di lantai, Maksutnya adalah Tradisi Turun Tanah oh iya saya jadi ingat yang nanti bayi mengambil barang yang sudah disediakan dan barang tersebut di tafsirkan diyakini besarnya akan menjadi seperti benda yang di ambil misal uang berarti besar akan banyak uang dan sebagainya akhirnya bikin sesaji dan bikin bubur untuk dibagi bagikan.

Terlepas dari itu semua saya Alhamdulillah lebaran 2019 bisa pulang pas dengan momen lebaranya jadi bisa berkumpul dengan keluarga walaupun tradisi pulang kampung ini tidak di ajarkan oleh nabi Jangan jangan mau di bid'ah kan, Lho ribuan orang pada pulang kampung berarti menjalankan bid'ah donk, Mana yang suka bid'ah bid'ahkan hehe

Ah sudahlah tulisan ini kalau saya teruskan bisa bisa membahas macam macam bid'ah di hari raya ini, nanti para haters pada mendebat saya jadi cepat tua, Orang jaman sekarang itu susah susah di ajak menghormati perbedaan itu disikapi dengan bergembira, Perasaan dulu zaman SBY tidak serumit Rezim ini eee...aaa

Oleh Adis Setiawan

Mahasiswa STIT Nusantara Bekasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun