Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis Ilmiah

Menyalurkan Karya Tulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UIN Raden Mas Said Surakarta Adakan FGD Bertajuk Tantangan Belajar Ilmu Tafsir di Era Artificial Intelligence di Pesantren Raudlotul Muhibbin Solo

14 Oktober 2025   21:23 Diperbarui: 14 Oktober 2025   21:23 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof KH Abdul Mutin dan KH AM Mustain Nasoha di acara FGD (sumber: dokumen penulis)

  Surakarta, 14 Oktober 2025 --- Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta menyelenggarakan kegiatan Penguatan Mutu Akademik Berbasis Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin Al Mustainiyyah Surakarta.

Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 14 Oktober 2025, pukul 10.00--12.00 WIB ini menghadirkan sejumlah dosen dari UIN Raden Mas Said, di antaranya Prof. Dr. KH. Abdul Matin Bin Salman, Lc., M.Ag., Dr. Hj. Ari Hikmawati, S.Ag., M.Pd., H. Tsa'lis Mutaqin, Lc., M.S.I., dan Nurul Aulia, M.H. Berdasarkan surat tugas resmi bernomor B-4659/Un.20/F.I/IKP.02.3/10/2025 yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Dr. KH. Kholilurrohman, M.Si., kegiatan ini bertujuan memperkuat standar mutu akademik sekaligus memperluas kolaborasi antara perguruan tinggi dan pesantren dalam pengembangan studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

  Dalam sambutannya, Ustaz Rohmad Al Bazzar, S.P.Si., mewakili pimpinan pesantren, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan akademik tersebut. Ia menilai kegiatan ini sebagai momentum penting untuk memperkaya khazanah keilmuan pesantren melalui pendekatan akademik yang lebih sistematis.

"Kami merasa bangga dan berterima kasih atas kehadiran para dosen dari UIN Raden Mas Said. Semoga kegiatan ini menjadi wadah silaturahmi ilmiah dan memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan pesantren dalam membentuk generasi Qurani yang berilmu dan berakhlak mulia," ujarnya.
Sementara itu, KH. Wassim Ahmad Fahruddin, Ketua Yayasan Raudlatul Muhibbin Al Mustainiyyah, menekankan pentingnya kolaborasi strategis antara dunia akademik dan pesantren sebagai upaya membangun peradaban ilmu yang berakar pada nilai-nilai Islam.
"Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sebatas seremoni, tetapi menjadi awal kerja sama yang berkesinambungan dalam bidang penelitian, pelatihan, dan pembinaan santri. Integrasi antara ilmu dan akhlak adalah ruh pendidikan Islam yang wajib dijaga," tegasnya.

  Beliau juga menjelaskan bahwa saat ini Raudlatul Muhibbin Al Mustainiyyah (RMA) telah mengembangkan empat pondok takhassus dengan fokus keilmuan yang berbeda, yaitu:

Takhassus Tafsir di Tuban, Gondangrejo, sebagai pusat pendalaman tafsir klasik dan kontemporer;
Takhassus Hadis di Colomadu, Karanganyar, yang fokus pada kajian sanad, matan, dan ilmu musthalah hadis;
Takhassus Fiqih Perbandingan Mazhab di Karangasem, Surakarta, untuk menumbuhkan pemahaman lintas mazhab dan sikap moderat dalam beragama;
Takhassus Al-Qur'an dan Ilmu Qira'at di Kepatihan Wetan, Surakarta, yang mendalami tahsin, tahfidz, dan berbagai qira'at Al-Qur'an.

  Sebagai pengasuh pesantren, KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha menegaskan bahwa pesantren memiliki peran sentral dalam menjaga kemurnian ajaran Islam sekaligus menjawab tantangan zaman, termasuk di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).

"Pesantren adalah benteng peradaban Islam. Namun di era digital, pesantren perlu bertransformasi tanpa meninggalkan tradisi. Kolaborasi dengan UIN Raden Mas Said adalah langkah strategis untuk melahirkan ulama intelektual dan intelektual ulama yang mampu menjaga kemuliaan Al-Qur'an serta memahami dinamika zaman modern," ungkap beliau.
Tema kegiatan, "Tantangan Belajar Ilmu Tafsir di Era Artificial Intelligence," menurut KH. Mustain, sangat relevan dengan kebutuhan zaman. Ia menegaskan bahwa teknologi memang dapat membantu analisis teks Al-Qur'an, namun tidak dapat menggantikan kedalaman ruhani, sanad, dan adab dalam memahami wahyu.
"AI hanyalah alat bantu. Hikmah, keikhlasan, dan adab dalam menafsirkan kalamullah tidak dapat digantikan oleh teknologi. Santri harus cerdas digital, namun tetap berjiwa Qurani," tambah beliau.

  Sebagai penutup, Dr. Hj. Ari Hikmawati, M.Ag., mewakili tim dosen UIN Raden Mas Said, menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat pesantren serta semangat para santri yang luar biasa.

"Belajar tafsir di era kecerdasan buatan menuntut keseimbangan antara kemampuan analitis dan spiritualitas. Kami berharap para santri tidak hanya memahami teks, tetapi juga mampu menerjemahkan nilai-nilai ilahiah dalam kehidupan modern," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun